Diantara bunga tulip dan bunga sakura
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
Diantara bunga tulip dan bunga sakura
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
Diantara bunga tulip dan bunga sakura
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
Diantara bunga tulip dan bunga sakura
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
Diantara bunga tulip dan bunga sakura
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
Saturday, November 29, 2014
Materi Bahasa Indonesia kelas XII SMA/MA
Materi Bahasa Indonesia kelas XII
1. Membedakan antara Fakta dan opini
Laporan merupakan segala sesuatu yang dilaporkan yang berwujud berita
atau informasi. Hal yang dilaporkan biasa berupa kegiatan atau
pengamatan. Laporan biasa berbentuk laporan lisan ataupun laporan
tertulis.
Laporan harus disusun secara sistematis, singkat, jelas, dan menggunakan bahasa yang komunikaif.
Pada pelajaran ini kamu akan berlatih membedakan informasi berupa fakta dengan opini atau pendapat.
Fakta adalah sesuatu yang benar-benar ada dan benar-benar terjadi,
sedangkan opini atau pendapat adalah buah pemikiran (perkiraan)
seseorang tentang sesuatu.
2. Menemukan Ide Pokok Artikel Melalui Membaca Intensif
Membaca merupakan kegiatan yang memberikan banyak manfaat. Dengan
membaca kamu akan memperleh pengetahuan dan memperluas wawasan. Membaca
dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja selama kita berminat untuk
membaca. Apa yang telah kamu baca hari ini artikel di surat kabar, buku,
atau novel? Dapatkah kamu ceritakan informasi atau isi teks yang telah
kamu baca? Pada intinya, membaca dilakukan untuk memperleh informasi
penting. Informasi penting tersebut disebut ide pokok. Untuk itu, setiap
kali membaca, temukan ide pokok yang terdapat dalam teks yang dibaca.
3. Menyampaikan Gagasan dan Tanggapan dalam Diskusi
Kemahiran berbicara dapat mengangkat citra seseorang dalam kehidupannya,
baik secara persnal maupun secara ssial. Banyak orang terkenal karena
kemahirannya dalam menyampaikan gagasan dan tanggapan dalam berbagai
kesempatan. Pada pembelajaran ini, kamu akan berlatih menyampaikan
gagasan dan tanggapan dengan alasan yang logis.
Sebagai latihan permulaan, untuk menumbuhkan keberanian berbicara dapat
dilakukan dengan cara berkmunikasi dengan teman sebangku. Kamu dapat
menyampaikan beberapa hal yang sedang dilakukan, kemudian tanyakan
hal-hal yang belum dipahami, dan berikan tanggapan atas pendapat yang
dikemukakan temanmu.
Sesuai dengan asal katanya discuti atau discusium (bahasa Latin) yang
berari ’bertukar pikiran’, diskusi merupakan ajang bertukar pikiran
secara teratur dan terarah dengan tujuan untuk mendapatkan suatu
pengertian, kesepakatan, dan keputusan beRosama mengenai suatu masalah.
Arsjad dan Mukti (1991: 37) berpendapat bahwa ada beberapa syarat yang
harus dipenuhi dalam diskusi yakni:
1. ada masalah yang dibicarakan;
2. ada seseorang yang bertindak sebagai pemimpin diskusi;
3. ada peserta sebagai anggta diskusi;
4. setiap anggta mengemukakan gagasannya dengan teratur;
5. jika ada kesimpulan dan keputusan yang diambil harus disetujui beRosama.
Pada saat menyampaikan suatu gagasan, hendaknya disampaikan secara jelas
agar ruang lingkup pembahasannya terarah. Peserta diskusi dapat
mengajukan pertanyaan dan tanggapan tentang hal yang dikemukakan.
Tanggapan yang disampaikan dapat berupa persetujuan atau penlakan
terhadap pendapat yang disampaikan. Agar tanggapanmu dapat diterima dan
dipahami, sebaiknya berikan argumen logis yang dapat mendukung atau
menentang pendapat pembicara.
Lakukan dengan saksama kegiatan diskusi, sehingga akan melatihmu
menyampaikan pendapat, mengajukan pertanyaan, dan menyampaikan tanggapan
atau sanggahan dengan baik. Penyampaian pendapat, pertanyaan,
tanggapan, sanggahan, persetujuan, atau penlakan harus disesuaikan
dengan pokok masalah yang dibahas sehingga tidak akan terjadi
penyimpangan makna dan keluar dari permasalahan.
Perhatikan ilustrasi berikut! Suatu diskusi membahas pentingnya
Pendidikan Seks pada Usia Dini, akan muncul beberapa pertanyaan sebagai
berikut.
Kalimat pertanyaan : bagaimanakah cara menyampaikan pendidikan seks pada anak usia dini?”
Kalimat persetujuan : Saya setuju pendidikan seks diberikan sejak anak
usia dini karena usia tersebut merupakan fndasi yang harus kuat untuk
meniti masa depan.
Kalimat penlakan : Saya tidak setuju bahwa pendidikan seks diberikan
pada anak usia dini karena daya nalar mereka belum bekerja secara
ptimal,lebih baik dimulai pada anak-anak usia sekolah dasar .
Kalimat tanggapan : Menanggapi pendapat yang sudah disampai-kan
teman-teman terdahulu, pendidikan seks memang sangat penting, tetapi
kita harus mempertimbangkan siapa, apa, dan bagaimana cara
menyampaikannya. Sebenarnya kita dapat saja mulai pada anak usia dini,
tetapi cara menyampaikan dan topik yang disampaikannya harus sesuai dan
dekat dengan kehidupan anak.
4. Menulis Laporan Diskusi dengan Melampirkan Ntula dan Daftar Hadir
Pada kegiatan pembelajaran yang lalu, kamu sering melakukan kegiatan
diskusi untuk membahas berbagai hal. Dalam kegiatan diskusi tersebut ada
teman yang berperan sebagai pembicara, mderatr, dan ada notulis.
Pembicara adalah orang yang menyampaikan dan membahas topik
permasalahan yang didiskusikan. Mderatr adalah orang mengatur jalannya
diskusi. Notulis adalah orang yang bertugas untuk membuat ntula (catatan
rapat/hasil diskusi).
Menulis laporan hasil diskusi adalah salah satu tugas seorang notulis.
Laporan yang disampaikan harus dapat menyajikan fakta secara oobjektif
tentang keadaan atau kegiatan yang telah dilaksanakan. Fakta oobjektif
yang disajikan menjadi tanggung jawab notulis yang membuat laporan
diskusi tersebut. Menyusun laporan hasil diskusi adalah tugas notulis.
Untuk itu, notulis harus mengikuti jalannya diskusi dengan cermat agar
dapat mencatat segala hal yang berkaitan dengan kegiatan dan jalannya
diskusi.
Hal-hal yang perlu dicatat notulis antara lain: gagasan pokok yang
disampaikan pembicara, pertanyaan, sanggahan, kmentar, atau saran dari
peserta diskusi. Selain itu, notulis juga bertugas meresume pembicaraan,
mencatat suasana jalannya diskusi, serta mengedarkan dan merekap daftar
hadir diskusi. format berikut!
Laporan Hasil Diskusi
1. Topik diskusi : ....................................................
2. Pelaksana kegiatan : ....................................................
3. Hari, tanggal, waktu : ....................................................
4. Penyaji makalah : ....................................................
5. Peserta : ....orang (daftar hadir terlampir)
6. Judul makalah : ....................................................
7. Mderatr : ....................................................
8. Notulis : ....................................................
9. Jalan diskusi : ....................................................
Seminar dibukaoleh mderatr, pukul : ........................
Penyampaian materioleh penyaji : ........................
Tanggapan peserta : ........................
N. Nama Tanggapan/ Pertanyaan/ Tanggapan Balik
1. ............ ..................................................................
2. ............ ..................................................................
3. ............ ..................................................................
Diskusi ditutupoleh mderatr pukul : ........................
a. Dengan kesimpulan diskusi:
1) ...................................................................................
2) ...................................................................................
3) ...................................................................................
b. Saran-saran:
1) ...................................................................................
2) ...................................................................................
3) ...................................................................................
Laporan hasil diskusi akan lebih lengkap jika diberi lampiran. Lampiran berupa makalah, ntula, dan daftar hadir peserta.
5. Memberikan Kritik dan Saran Terhadap Laporan Lisan
Keterampilan menyimak hendaknya dikuasai setiap orang yang ingin
meningkatkan kualitas hidup dan intelektualitasnya. Menyimak bukan
sekadar mendengar, tetapi mendengarkan dengan saksama dan penuh
perhatian.oleh karena itu, penyimak yang baik harus dapat menyerap dan
memahami topik-topik yang disimak.
Pada pelajaran ini, kamu dilatih untuk menyimak secara kritis sehingga
mampu memberikan kritik dan saran atas kesalahan dan kekurangan yang
terdapat dalam laporan yang akan dipeordengarkan.
Untuk dapat menyimak laporan dengan baik, berknsentrasilah dengan
saksama dan catatlah pokok-pokok informasi yang disampaikan! Banyak
orang yang merasa takut dikritik karena banyak yang beoranggapan bahwa
kritikan sama dengan hinaan atau hujatan. Perlu disadari bahwa kritik
merupakan uraian atau pertimbangan baik buruk terhadap sesuatu.
Manusia kebanyakan takut ketahuan kekurangan atau kesalahannya, banyak
yang menghindar bahkan marah kalau dikritik dan diberi saran. Hal itu
sangat keliru karena kritik sebenarnya untuk memperbaiki kesalahan dan
menyempurnakan kekurangan.oleh karena itu, kita harus terbuka dan
lapang dada terhadap kritik kalau ingin lebih baik.
Menyampaikan kritik dan saran harus dilakukan secara bijaksana. Kritik
dan saran yang disampaikan harus didukung bukti nyata secara oobjektif.
Saran merupakan pendapat berupa anjuran, usulan, harapan, dan
cita-cita yang dikemukakan untuk dipertimbangkan. Agar penilaian itu
oobjektif, perlu disertai dengan bukti dan alasan yang kuat. Rujuklah
sumber-sumber referensi yang relevan agar alasan dan bukti yang kamu
kemukakan akurat!
6. Mengajukan Saran Perbaikan Secara Lisan
Dalam kehidupan sehari-hari, arus informasi dan kmunikasi terus
berkembang, baik melalui media cetak maupun media elektrnik. Sebagai
siswa, kamu pasti membutuhkan berbagai informasi untuk menambah
pengetahuan, wawasan, dan kemampuan. Untuk itu, kamu dapat melakukannya
dengan cara membaca dan menyimak informasi yang disampaikan secara
langsung di sekolah dan di luar sekolah, melalui media cetak, dan media
elektrnik.
7. Menanggapi Pembacaan Novel dan Unsur-unsur Intrinsik Novel
Tentu merupakan pengalaman yang menyenangkan kalau kita membaca novel.
Kita dapat menceritakan kembali jalan ceritanya, tokoh-tokohnya, konflik
yang terjadi antartokohnya. Novel merupakan karya sastra yang berbentuk
prosa yang berisi tentang sekelumit kehidupan manusia.
Novel merupakan karya prosa fiksi yang panjang, mengandung rangkaian
cerita kehidupan seseorang dengan orang-orang di sekelilingnya dengan
menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku ( Depdikbud, 1997 : 694).
Unsur-unsur novel atau cerpen
1. Penokohan
Tokoh merupakan individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan
dalam berbagai peristiwa dalam cerita. Tokoh pada umumnya berwujud
manusia, tetapi dapat juga berwujud binatang atau benda yang diinsankan
(Panuti Sudjiman, 1988:16).
Tokoh merupakan bagian atau unsur dari suatu kebutuhan artistik yaitu
karya sastra yang harus selalu menunjang kebutuhan artistik itu, Kennye
dalam Panuti Sudjiman (1966:25).
Penokohan dalam cerita rekaan dapat diklasifikasikan melalui jenis
tokoh, kualitas tokoh, bentuk watak dan cara penampilannya. Menurut
jenisnya ada tokoh utama dan tokoh bawahan. Yang dimaksud dengan tokoh
utama ialah tokoh yang aktif pada setiap peristiwa, sedangkan tokoh
utama dalam peristiwa tertentu (Stanton, 1965:17).
Ditinjau dari kualitas tokoh, ada tokoh yang berbentuk datar dan tokoh
yang berbentuk bulat. Adapun tokoh yang berbentuk datar ialah tokoh yang
tidak memiliki variasi perkembangan jiwa, karena sudah mempunyai
dimensi yang tetap, sedangkan tokoh yang berbentuk bulat ialah tokoh
yang memiliki variasi perkembangan jiwa yang dinamis sesuai dengan
lingkungan peristiwa yang terjadi. Biasanya tokoh yang berbentuk datar
itu pada dasarnya sama dengan tokoh tipologis, dan tokoh yang berbentuk
built disebut tokoh psikologis. Dengan demikian tokoh tipologis juga
berarti tokoh yang tidak banyak mempersoalkan perkembangan jiwa atau
tidak mengalami konflik psikis, karena sudah mempunyai personalitas yang
mapan. Sedangkan tokoh psikologis adalah tokoh yang tidak memiliki
persoanlitas yang mapan dan selalu dinamis (Kuntowijaya dalam Pradopo
dkk, 11984:91).
Jika dilihat dari cara menampilkan tokohnya ada yang ditampilkan dengan
cara analitik dan dramatik. Penampilan secara anlitik adalah pengarang
langsung memaparkan karakter tokoh, misalnya disebutkan keras hati,
keras kepala, penyayang dan sebagainya. Sedangkan penampilan yang
dramatik, karakter tokohnya tidak digambarkan secara langsung, melainkan
disampaikan melalui; (1) pilihan nama tokoh, (2) penggambaran fisik
atau postur tubuh, dan (3) melalui dialog (Atar Semi, 1984:31-32).
Sering dapat diketahui bahwa cara pengarang menggambarkan atau
memunculkan tokohnya dengan berbagi cara. Mungkin cara pengarang
menampilkan tokoh sebagai pelaku yang hanya di alam mimpi, pelaku
memiliki semangat perjuangan dalam mempertahankan hidupnya, pelaku
memiliki cara yang sesuai dengan kehidupan manusia yang sebenarnya,
maupun pelaku egois, kacau dan mementingkan diri sendiri (Bouton dalam
Aminuddin, 1984).
Penyajian watak tokoh yang dihadirkan pengarang tentunya melahirkan
karakter yang berbeda-beda pula, antara tokoh yang satu dengan tokoh
yang lain. Cara mengungkapkan sebuah karakter dapat dilakukan melalui
pernyataan langsung, melalui peristiwa, melalui percakapan, melalui
menolong batin, melalui tanggapan atas pernyataan atau perbuatan dari
tokoh-tokoh lain dan melalui kiasan atau sindiran. Suatu karakter
mestinya harus ditampilkan dalam suatu pertalian yang kuat, sehingga
dapat membentuk kesatuan kesan dan pengertian tentang personalitas
individualnya. Artinya, tindak-tindak tokoh tersebut didasarkan suatu
motivasi atau alasan-alasan yang dapat diterima atau setidak-tidaknya
dapat dipahami mengapa dia berbuat dan bertindak demikian (Atar Semi,
1988:37-38).
2. Alur
Pengertian alur dalam cerita pendek atau dalam karya fiksi pada umumnya
adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa,
sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam
suatu cerita (Aminuddin, 1987:83).
Alur atau plot adalah rentetan peristiwa yang membentuk struktur cerita,
dimana peristiwa tersebut sambung sinambung berdasarkan hukum
sebab-akibat (Forster, 1971:93).
Alur adalah struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun
sebagai sebuah interelasi fungsional yang sekaligus menandai urutan
bagian-bagian dalam keseluruhan fiksi (Atar Semi, 1988:43-46). Alur
merupakan kerangka dasar yang amat penting. Alur mengatur bagaimana
tindakan-tindakan harus bertalian satu sama lain, bagaimana satu
peristiwa mempunyai hubungan dengan peristiwa lain, bagaimana tokoh
digambarkan dan berperan dalam peristiwa itu yang semuanya terikat dalam
suatu kesatuan waktu.
Urutan peristiwa dalam karya sastra belum tentu merupakan peristiwa yang
telah dihayati sepenuhnya oleh pengarang, akan tetapi mungkin hanya
berasal dari daya imajinasi. Begitu pula urutan peristiwa itu jumlahnya
belum tentu sama dengan pengalaman yang dijumpai dalam kehidupan
sehari-hari. Oleh karena itu, urutan peristiwa yang demikian tidak lain
hanyalah dimaksudkan untuk mendekatkan pada masalah yang dikerjakan
terhadap tujuan dalam karya sastra.
Sehubungan dengan penjelasan tersebut di atas menurut tasrif ada lima
hal yang perlu diperhatikan pengarang dalam membangun cerita, yaitu :
(1) situation, yakni pengarang mulai melukiskan suatu keadaan, (2)
generating circumstances, yaitu peristiwa yang bersangkutan-paut, (3)
ricing action, keadaan mulai memuncak, (4) climax, yaitu peristiwa
mencapai puncak, dan (5) document, yaitu pengarang telah memberikan
pemecahan persoalan dari semua peristiwa.
Dari kelima bagian tersebut jika diterapkan oleh pengarang secara
berurutan no 1-5, maka disebut sebagai alur lurus (progresif), sedangkan
apabila penerapan itu dimulai dari tengah atau belakang disebut sebagai
alur balik (regresif).
Di samping kedua bentuk alur tersebut, ada pula alur yang disebut alur
gabungan. Dalam alur ini dipergunakan sebagian alur lurus dan sebagian
lagi alur sorot balik. Meskipun demikian gabungan dua alur itu juga
dijalin dalam kesatuan yang padu, sehingga tidak menimbulkan kesan
adanya dua buah cerita atau peristiwa yang terpisah, baik waktu atau pun
tempat kejadiannya (Suharianto, 1982:29).
Ditinjau dari padu tidaknya alur dalam sebuah cerita, maka alur dapat
dibedakan menjadi dua jenis, yakni alur rapat dan alur renggang. Dalam
alur rapat hanya tersaji adanya pengembangan cerita pada satu tokoh
saja, sehingga tidak timbul pencabangan cerita, akan tetapi apabila ada
pengembangan tokoh lain selain tokoh utama, maka terjadilah alur
renggang atau terjadi pencabangan cerita.
Dari beberapa batasan di atas jelas masing-masing alur mempunyai
keistimewaan sendiri. Alur lurus dapat memberikan kemudahan bagi pembaca
untuk menikmati cerita dari awal sampai akhir cerita. Akan tetapi lain
halnya dengan alur sorot balik (flash back). Alur ini dapat mengejutkan
pembaca, sehingga pembaca dibayangi pertanyaan apa yang terjadi
selanjutnya dan bermaksud apa pengarang menyajikan kejutan seperti itu.
Dengan demikian pembaca merasa terbius untuk membacanya sampai tuntas.
Dikatakan alur yang berhasil, jika alur yang mampu menggiring pembaca
menyelusuri cerita secara keseluruhan, tidak ada bagian yang tidak
ditinggalkan yang dianggap tidak penting.
3. Latar
Menurut pendapat Aminuddin (1987:67), yang dimaksud dengan setting/latar
adalah latar peristiwa dalam karya fiksi baik berupa tempat, waktu
maupun peristiwa, serta memiliki fungsi fisikal dan fungsi psikologis.
Lebih lanjut Leo Hamalian dan Frederick R. Karel menjelaskan bahwa
setting dalam karya fiksi bukan hanya berupa tempat, waktu, peristiwa,
suasana serta benda-benda dalam lingkungan tertentu, melainkan juga
dapat berupa suasana yang berhubungan dengan sikap, jalan pikiran,
prasangka maupun gaya hidup suatu masyarakat dalam menanggapi suatu
problema tertentu. Setting dalam bentuk terakhir ini dapat dimasukkan ke
dalam setting yang bersifat psikologis (Aminuddin, 1987:68).
Secara rinci Tarigan (1986:136) menjelaskan beberapa maksud dan tujuan pelukisan latar sebagai berikut :
1) Latar yang dapat dengan mudah dikenal kembali dan dilukiskan dengan
terang dan jelas serta mudah diingat, biasanya cenderung untuk
memperbesar keyakinan terhadap tokoh dan gerak serta tindakannya.
2) Latar suatu cerita dapat mempunyai relasi yang lebih langsung dengan arti keseluruhan dan arti umum dari suatu cerita.
3) Latar mempunyai maksud-maksud tertentu yang mengarah pada penciptaan atmosfir yang bermanfaat dan berguna.
Selain menjelaskan fungsi latar sebagai penggambaran tempat (ruang) dan
waktu, latar juga sangat erat hubungannya dengan tokoh-tokoh cerita,
karena tentangnya dapat mengekspresikan watak pelaku (Wellek, 1962:221).
Penggambaran latar yang tepat akan mampu memberikan suasana tertentu
dan membuat cerita lebih hidup. Dengan adanya penggambaran latar
tersebut segala peristiwa, keadaan dan suasana yang dilakukan oleh para
tokoh dapat dirasakan oleh pembaca.
4. Sudut Pandang
Cara pengarang menampilkan para pelaku dalam cerita yang dipaparkannya
disebut sudut pandang, atau biasa diistilahkan dengan point of view
(Aminuddin, 1987:90). Pendapat tersebut dipertegas oleh Atar Semi
(1988:51) yang menyebutkan istilah sudut pandang, atau point of view
dengan istilah pusat pengisahan, yakni posisi dan penobatan diri
pengarang dalam ceritanya, atau darimana pengarang melihat
peristiwa-peristiwa yang terdapat dalam cerita itu.
Sudut pandang membedakan kepada pembaca, siapa menceritakan cerita, dan
menentukan struktur gramatikal naratif. Siapa yang menceritakan cerita
adalah sangat penting, dalam menentukan apa dalam cerita, pencerita yang
berbeda akan melihat benda-benda secara berbeda pula (Montaqua dan
Henshaw, 1966:9).
Lebih lanjut Atar Semi (1988:57-58) menegaskan bahwa titik kisah
merupakan posisi dan penempatan pengarang dalam ceritanya. Ia membedakan
titik kisah menjadi empat jenis yang meliputi : (1) pengarang sebagai
tokoh, (2) pengarang sebagai tokoh sampingan, (3) pengarang sebagai
orang ketiga, (4) pengarang sebagai pemain dan narrator.
5. Gaya
Gaya adalah cara pengarang menampilkannya dengan menggunakan media
bahasa yang indah, harmonis serta mampu menuansakan makna dan suasana
yang dapat menyentuh daya intelektual dan emosi pembaca (Aminuddin,
1987:72). Hal demikian tercermin dalam cara pengarang menyusun dan
memilih kata-kata, tema dan dalam memandang tema atau persoalan,
tercermin dalam pribadi pengarangnya. Oleh Karena itu unsur cerita
sebagaimana tersebut di muka baru dapat sempurna apabila disampaikan
dengan gaya tertentu pula, karena gaya dalam karya sastra adalah bahasa
yang dipergunakan oleh pengarang (Suhariyanto, 1982:37).
Sehubungan dengan pembahasan ini pemberian gaya akan ditinjau melalui
dua sudut, yaitu gaya bahasa dan gaya bercerita, karena pengertian gaya
umumnya dapat dirumuskan sebagai cara pengarang menggambarkan cerita
agar cerita lebih menarik dan berkesan. Hal tersebut erat kaitannya
dengan kemampuan pengarang dalam penulisan cerita dengan penggunaan
bahasa, karena cerita pada dasarnya bermediakan bahasa.
5.1 Gaya Bahasa
Dalam persoalan gaya bahasa meliputi semua herarhi kebahasaan yaitu
pilihan kata secara individual, frase, klausa, kalimat dan mencakup pula
sebuah wacana secara keseluruhan (Keraf, 1984:112).
Pengembangan bahasa melalui sastra dikatakan bersifat pribadi karena
sastra itu sendiri merupakan kegiatan yang pribadi dan perorangan, ia
merupakan pengungkapan apa-apa yang menjadi pilihan pribadinya, hasil
seorang sastrawan melihat lingkungannya dan memandang ke dalam dirinya.
Atar Semi (1988:49) menyatakan bahwa gaya bahasa yang digunakan oleh
sastrawan, meskipun tidaklah terlalu luar biasa, adalah unik, karena
selain dekat dengan watak jiwa penyair; juga membuat bahasa yang
digunakannya berbeda dengan makna dan kemesraannya. Dengan gaya tertentu
seorang pengarang dapat mengekalkan pengalaman rohaninya dan
penglihatan batinnya, serta dengan itu pula ia menyentuh dan menggelitik
hati pembacanya. Karena gaya bahasa itu berasal dari batin seorang
pengarang, maka gaya bahasa yang digunakan oleh seorang pengarang dalam
karyanya secara tidak langsung menggambarkan sikap dan karakteristik
pengarang tersebut.
Sedangkan Muchin Ahmadi, dkk (1984:7) mendifinisikan gaya bahasa sebagai
kenyataan penggunaan bahasa (phenomena) yang istimewa dan tidak dapat
dipisahkan dari cara-cara atau teknik seorang pengarang dalam
merefleksikan pengalaman, bidikan, nilai-nilai kualitas, kesadaran
pikiran dan pandangannya yang istimewa. Secara tentatif tetapi praktis
gaya bahasa dapat dibatasi pengertian dasarnya sebagai suatu pengaturan
kata-kata dan kalimat-kalimat yang paling mengekspresikan tema, ide,
gagasan dan perasaan serta pengalaman pengarang. Secara garis besar gaya
bahasa dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu : (1) gaya bahasa
perasosiasian pikiran, dan (2) gaya bahasa penegasan, penekanan dan
penguatan.
5.2 Gaya Berbicara
Pada dasarnya gaya bercerita juga berperan penting bagi pengarang untuk
menulis cerita, di samping gaya bahasa yang dipergunakannya, karena
pengertian gaya cerita atau gaya bahasa pada umumnya dapat dijelaskan
sebagai salah satu metode pengarang dalam melukiskan cerita, sehingga
cerita dapat menarik bagi pembaca.
Dalam penulisan cerita, biasanya setiap pengarang mempunyai gaya yang
lain daripada yang lain. Pengarang biasa memperhatikan latar tepat atau
waktu sebagai pembuka atau penutup cerita, akan tetapi ada pula yang
menekankan pada tokoh atau penokohannya. Oleh karena cerita bermediakan
bahasa, maka gaya bercerita erat kaitannya dengan bentuk cerita yang
ditumpukan dalam bentuk frase, kata, kalimat bahkan paragraf, sehingga
semuanya membentuk struktur wacana cerita (Ihsan, 1990:63).
6. Tema
Menurut Scharbach dalam Aminuddin (1987:91), tema adalah ide yang
mendasari suatu cerita sehingga berperanan juga sebagai pangkal tolak
pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang diciptakannya. Lebih lanjtu
Brooks berpendapat seperti yang dikutip Aminudddin (1987:72), bahwa
dalam mengapresiasi suatu cerita, apresiator harus memahami ilmu
humanitas, karena tema sebenarnya merupakan pendalaman dan hasil
kontemplasi pengarang yang berkaitan dengan masalah kemanusian serta
masalah lain yang bersifat universal.
Tema sebagaimana pendapat Sudjiman (1988:51) merupakan sebuah gagasan
yang mendasari karya sastra. Tema kadang-kadang di dukung oleh pelukisan
latar, dalam karya yang lain tersirat dalam lakukan tokoh, atau dalam
penokohan. Tema bahkan menjadi faktor yang mengikat peristiwa-peristiwa
dalam satu alur.
Tema sebagaimana pendapat-pendapat di atas merupakan pemikiran pusat
yang inklusif di dalam sebuah cerita (karya sastra). Kedudukannya
menyebar pada keseluruhan unsur-unsur signifikan karya sastra. Tema
tersebut ada yang dinyatakan dengan jelas, ada pula yang dinyatakan
secara simbolik atau tersembunyi (Scharbach, 1963:273). Aminuddin
(1987:92) merinci upaya pemahaman tema sebagai berikut:
1) Memahami setting dalam prosa fiksi yang dibaca
2) Memahami penokohan atau perwatakan para pelaku dalam prosa fiksi yang dibaca.
3) Memahami satuan peristiwa, pokok pikiran serta tahapan peristiwa dalam prosa fiksi yang dibaca.
4) Memahami plot atau alur cerita dalam prosa fiksi yang dibaca.
5) Menghubungkan pokok pikiran-pokok pikiran yang satu dengan yang
lainnya yang disimpulkan dari satu-satuan peristiwa yang terpapar dalam
suatu cerita.
6) Menentukan sikap penyair terhadap pokok pikiran yang ditampilkan.
7) Mengidentifikasikan tujuan pengarang memaparkan ceritanya dengan
bertolak dari satuan pokok pikiran serta sikap penyair terhadap pokok
pikiran yang ditampilkannya.
8) Menafsirkan tema dalam cerita yang dibaca serta menyimpulkannya dalam
satu dua kalimat yang diharapkan merupakan ide dasar cerita yang
dipaparkan.
Selain upaya pemahaman tema seperti di atas, untuk memahami tema,
seorang pembaca atau paresiator perlu juga memahami latar belakang
kehidupan yang diungkapkan pengarang lewat prosa fiksi yang merupakan
usaha pengarang dalam memahami keseluruhan masalah kehidupan yang
berhubungan dengan keberadaan seorang individu maupun dalam hubungan
antara individu dengan kelompok masyarakatnya.
8. Menulis Resensi Buku Kumpulan Cerpen
Resensi merupakan pertimbangan tentang sebuah buku yang biasanya baru
terbit. Resensi sering dipublikasikan di kran, majalah, maupun internet.
Pernahkah kamu membaca resensi? Apakah bedanya dengan karangan lainnya?
Resensi berbeda dengan karangan biasa. Peresensi pun orang-orang yang
ahli dan yang biasa membaca. Begitu juga dengan karya yang akan
diresensi. Karya tersebut harus karya terpilih yang bernilai tinggi,
bukan karya sembaorangan. Mengapa demikian? Karena, resensi adalah
sebuah pertimbangan, pembicaraan, atau ulasan terhadap kelebihan dan
kekurangan sebuah karya, baik fiksi maupun Nonfiksi.
Resensi ditulis secara singkat, padat, dan oobjektif. Beragam buku bisa
dijadikan bahan resensi. Biasanya dikategrikan atas karya fiksi dan
Nonfiksi. Karya-karya fiksi terdiri atas buku novel, kumpulan cerpen,
kumpulan puisi, roman, dan drama. Buku kumpulan cerpen dan puisi dapat
ditulisoleh seorang pengarang namun dapat pula ditulisoleh beberapa
pengarang. Untuk melatih kemampuan membuat resensi cerpen, ikutilah
langkah-langkah berikut!
1. Bacalah halaman awal buku!
a. Apakah judulnya?
b. Pahami isi pengantarnya! (Kata pengantar biasanya memberikan
informasi penting tentang tujuan pengarang menulis buku tersebut).
c. Baca daftar isi buku! (Daftar isi dapat memberitahu gambaran tentang
rganisasi buku tersebut dan akan membantu dalam menentukan gagasan utama
pengarang dan alur pengembangannya secara krnlogis berdasarkan topik
yang disampaikannya).
2. Bacalah isinya!
a Pahamilah unsur-unsur intrinsik cerpen tersebut, buat catatan tentang
temanya, plot dan konfliknya, penokohan, latar, dan keterkaitannya
dengan judul cerpennya!
b Cari informasi tentang prestasi yang diraih cerpen tersebut!
9. Menulis Resensi Buku Pengetahuan
Resensi buku adalah suatu tulisan atau ulasan mengenai nilai-nilai
sebuah buku. Di dalam resensi diperlukan kritik. Tujuannya untuk
menyampaikan kepada para pembaca mengenai sebuah buku layak mendapat
sambutan atau tidak. Buku-buku yang diresensi biasanya buku-buku
terbitan baru. Namun demikian, buku lama juga dapat diresensi jika
dianggap buku itu belum dikenal publik serta dianggap penting.
Apa saja yang perlu dilaporkan dalam meresensi sebuah buku? Berikut ini adalah unsur-unsur resensi buku.
1. Identitas buku.
2. Isi yang penting atau pokok-pokok isi buku.
3. Bahasa pengarang.
4. Keunggulan.
5. Kelemahan.
6. Kesimpulan dan saran.
10. Menulis Surat Dinas
Surat merupakan sarana bagi kita untuk menginformasikan hal-hal penting
kepada orang lain. Surat merupakan sarana kmunikasi tertulis untuk
menyampaikan informasi dari seseorang kepada pihak lain. Apabila surat
itu berisi informasi yang menyangkut kepentingan sekolah, tugas, dan
kegiatan kedinasan, maka surat itu disebut surat dinas.
Surat dinas sering juga disebut surat resmi. Surat dinas isinya
berkaitan dengan kegiatan dinas atau kepentingan tugas kedinasan. Format
sebagai berikut.
1. Kepala surat berisi nama instansi atau badan, alamat lengkap.
2. Tanggal surat.
3. Nomor surat.
4. Lampiran.
5. Hal surat.
6. Alamat yang dituju.
7. Salam pembuka.
8. Isi surat berisi paragraf pembuka, paragraf isi, dan paragraf penutup.
9. Salam penutup.
10. Tanda tangan, nama jelas (kalau ada cantumkan jabatan).
Penulisan surat dinas harus memerhatikan pemakaian bahasa meliputi
pemilihan kata, pemakaian ejaan, penyusunan kalimat, dan penyusunan
paragraf (Arifin, 1996: 56). Pemilihan kata harus baku, lazim, dan
cermat.
Menggunakan kata yang resmi, sudah dikenal masyarakat, dan tepat sesuai
dengan pesan yang akan disampaikan. Penulis surat harus memerhatikan
kaidah-kaidah ejaan (pemakaian huruf, penulisan huruf kapital dan huruf
miring, penulisan kata, penulisan unsur serapan, dan tanda baca).
Penyusunan kalimatnya harus efektif yaitu kalimat yang sesuai dengan
kaidah bahasa, singkat, dan enak dibaca (sopan dan simpatik, tidak
bernada meremehkan pembaca). Begitu pula penyusunan paragrafnya, gagasan
penulis harus ditata dan diatur dengan baik sehingga pesan yang
disampaikan mudah dipahami penerima surat.
11. Menulis Surat Lamaran Pekerjaan
Pada pelajaran sebelumnya kamu telah berlatih menulis surat dinas.
Sebentar lagi kamu akan tamat SMA. Setelah lulus, mungkin di antara kamu
ada yang melanjutkan ke perguruan tinggi, ada pula yang langsung ingin
bekerja. Apabila ingin bekerja, seseorang harus melamar pekerjaan dahulu
ke perusahaan, instansi pemerintah, atau ke lembaga-lembaga
pendidikan.
Salah satu syarat yang harus dipenuhi adalah membuat surat lamaran
pekerjaan. Surat lamaran pekerjaan ialah permhnan untuk memperleh suatu
pekerjaan atau jabatan. Banyak yang tidak mendapatkan pekerjaan, bukan
karena tidak memiliki kemampuan, tetapi karena tidak mampu menulis surat
lamaran kerja dengan baik. Biasanya terdapat tiga hal yang diperhatikan
dalam menulis surat lamaran pekerjaan yakni identitas pelamar,
kualifikasi pelamar, dan data lengkap pelamar.
Unsur-unsur surat lamaran pekerjaan sebagai berikut.
1. Tanggal surat
2. Lampiran
3. Perihal surat, alamat surat
4. Salam pembuka
5. Isi surat
6. Salam penutup
Surat lamaran pekerjaan termasuk jenis surat dinas karena disampaikan
seseorang ke pihak lain yang berkaitan dengan perusahaan atau
lembaga-lembaga pemerintahan. Untuk itu, kamu harus mampu membuat surat
lamaran pekerjaan.
12. Menanggapi Pembacaan Puisi Lama
Pernahkah kamu membaca puisi lama Indonesia? Puisi lama Indonesia
memiliki beberapa bentuk atau jenis, di antaranya: pantun, gurindam,
syair, dan petatah-petitih. Semuanya memiliki ciri-ciri yang khas dan
menarik untuk dipelajari.
Pantun adalah hasil sastra Melayu asli. Puisi ini terdiri atas empat
baris, dua baris pertama berisi sampiran dan dua baris kedua berupa isi.
Isi pantun bermacam-macam, ada pantun anak-anak, pantun orang dewasa,
dan pantun orang tua.
Gurindam adalah perkataan yang bersajak pada akhir pasangannya. Gurindam
terdiri atas dua baris, bersajak sama, kedua barisnya merupakan isi.
Baris pertama merupakan sebab dan baris kedua merupakan akibat tetap
sempurna perkataannya dengan satu pasangannya saja.
Syair merupakan karya sastra Melayu yang terdiri atas empat baris.
Keempat barisnya merupakan isi. Petatah-petitih merupakan karya sastra
Melayu yang berasal dari Minangkabau. Isinya banyak berisi nasihat,
khususnya mengenai sopan santun dan adat istiadat. (Depdikbud, 1986:
9-10).
13. Mengmentari Pembacaan Puisi Baru
Setelah membacakan dan menanggapi puisi baru, kamu diharapkan mampu
mengungkapkan pikiran, pendapat, gagasan, danoperasaan penyair.
Sebuah puisi akan menjadi lebih menarik jika dibacakan. Pernahkah kamu
melihat pembacaan puisioleh sastrawan seperti Rendra, Taufik Ismail
maupun Sutardji? Masing-masing sastrawan memiliki ciri khas ketika
membacakan karya-karyanya? Mereka menggunakan lafal, intonasi, ekspresi,
serta penuh penghayatan ketika membacakan sajak-sajaknya. Kamu pun
dapat membacakan puisi dengan baik jika banyak berlatih. Bacalah puisi
dengan cermat dan berulang-ulang untuk memahami isinya. Setelah itu
bacalah secara nyaring. Kamu dapat berlatih di depan cermin untuk
melatih ekspresi dan mimik wajahmu supaya lebih percaya diri pada saat
membaca puisi.
14. Membacakan Puisi Karya Sendiri
Pada pelajaran sebelumnya, kamu telah berlatih membacakan puisi lama
Indonesia dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang baik. Sekarang, kamu
akan berlatih membacakan puisi karya sendiri.
Pernahkah kamu menulis puisi? Mengasyikkan bukan? Menulis puisi
merupakan kegiatan yang menyenangkan. Seseorang dapat mencurahkan
pikiran danoperasaannya dengan imajinasi dan penggunaan bahasa yang
bebas. Penulis dapat dengan leluasa menggunakan pilihan kata dan gaya
bahasa yang sesuai dengan pencurahan emsi dan jiwanya.oleh karena itu,
bukalah kembali puisi yang pernah kamu buat!
Membacakan puisi hasil karya sendiri akan lebih mudah, baik lafal,
intonasi, penghayatan, dan ekspresinya karena semua isi, nada, suasana,
dan gaya yang terdapat dalam puisi yang dibacakan merupakan curahan
emsi dan jiwa sendiri. Hal ini akan berbeda dengan membacakan puisi
orang lain. Kita harus memahami, menghayati isi, nada, suasana, dan gaya
orang lain.oleh karena itu, cba bacakan puisi yang kamu buat sendiri.
Sebagai bahan latihan, mintalah teman-temanmu untuk membacakan
puisi-puisi berikut! Perhatikanlah pembacaan puisi tersebut dari segi
lafal, intonasi, penghayatan, dan ekspresinya!
15. Mengidentifikasi Tema dan Ciri-ciri Puisi Kontemporer
Buku kumpulan puisi siapakah yang pernah kamu baca? Banyak buku
kumpulan puisi yang terbit baik puisi lama, puisi baru, maupun puisi
Kontemporer. Perkembangan puisi di Indonesia didasarkan terbagi atas
puisi lama, puisi baru, puisi angkatan 45, dan puisi Kontemporer.
Sebagaimana telah dibahas pada semester 1, puisi lama Indonesia
berbentuk pantun, syair, petatah petitih, dan gurindam. Puisi baru
berbentuk distikon (2 baris), tersina (3 baris), kuatren (4 baris), kuin
(5 baris), sektet (6 baris), septina (7baris), oktaf (8 baris), soneta
(14 baris). Puisi Angkatan 45 merupakan puisi yang mementingkan makna
atau bentuk batin puisi. Unsur fisiknya tidak diutamakan.
Puisi Kontemporer lebih mengutamakan unsur fisiknya karena lebih
mementingkan tipografi dengan gambar atau bentuk grafisnya (Waluy, 1995:
5-22). Sutardji Calzum Bachri dianggap sebagai pembaharu dunia puisi
Indonesia dan termasuk pelopor puisi Kontemporer. Sutardji mementingkan
bentuk fisik (bunyi). Ulangan kata, frasa,dan bunyi menjadi kekuatan
puisinya.
16. Menyampaikan Intisari Buku Nonfiksi
Dalam kehidupan kita sehari-hari membaca buku menjadi suatu kebutuhan.
Buku yang dibaca dapat berbentuk prosa fiksi atau buku-buku Nonfiksi.
Novel, cerpen, dan drama merupakan karya sastra yang berbentuk fiksi,
sedangkan buku-buku ilmiah yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan
tergolong karya Nonfiksi.
Buku-buku pelajaran adalah karya Nonfiksi karena isinya bukan hasil
imajinasi, melainkan berdasarkan fakta dan kenyataan. Begitu pula
buku-buku tentang ilmu pengetahuan, teknlgi, eknmi, hukum, kesehatan,
plitik, psiklgi, agama, matematika, sejarah, prpaganda, bigrafi, dan
autbigrafi adalah buku-buku Nonfiksi.
Untuk memenuhi kewajiban sebagai pelajar, tentu kamu banyak dihadapkan
pada buku yang harus dibaca. Apakah setiap kali membaca buku pelajaran,
kamu selalu membuat intisari, rangkuman, atau catatan-catatan penting
tentang buku yang kamu baca? Biasakanlah setiap kali sehabis membaca,
menuliskan hal-hal penting wacana yang kita baca.
Pada umumnya, buku terdiri atas beberapa bagian, yaitu bagian permulaan,
bagian pokok atau isi buku, dan bagian penutup atau pelengkap. Untuk
itu, langkah membuat intisari dapat dimulai dari melihat struktur buku.
Selanjutnya perhatikan langkah-langkah berikut!
1. Perhatikan bagian permulaan buku! Lihat dan baca dengan cepat kulit
luar, halaman judul, tahun penerbitan, halaman pengantar, dan daftar
isi! Melalui daftar isi, kamu dapat memperleh gambaran topik-topik
penting yang diuraikan dalam buku tersebut.
2. Temukan informasi umum buku, isi bab atau seksi, dan penjelasan tertentu tentang suatu istilah!
3. Catat informasi-informasi penting yang ada pada setiap bagian, bab, dan subbab!
Perhatikan informasi penting (informasi fokus) yang telah kamu catat,
susun dan tuliskan dengan menggunakan kata-kata sendiri! Catatan yang
telah kamu susun, itulah yang disebut intisari buku Nonfiksi yang telah
kamu baca.
17. Menjelaskan Unsur-unsur Intrinsik Cerpen
Cerpen adalah salah satu bentuk sastra yang disajikan secara singkat dan
memuat sekelumit kehidupan seseorang yang dituangkan dalam sebuah
cerita. Cerpen mempunyai tema, alur, penokohan, latar, dan pesan.
Unsur-unsur ini termasuk unsur intrinsik cerita pendek.
Tema adalah ide suatu pikiran pencipta dalam mengungkapkan persoalan
hidup dan kehidupan. Alur adalah urutan atau jalan cerita yang
menciptakan konflik-konflik cerita. Penokohan adalah orang yang
bertindak dan tampil dalam cerita. Latar adalah letak atau keadaan yang
melatar belakangi peristiwa dalam suatu cerita. Pesan adalah amanat
yang ingin disampaikan dalam cerita yang disusunoleh pengarang atau
penulisnya.
18. Menulis Cerita Pendek Berdasarkan Kehidupan orang Lain
Pernahkah kamu menulis sebuah cerita pendek? Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (Depdikbud, 1997:186-187), cerita pendek adalah karya sastra
yang berupa kisahan pendek (kurang dari 10.000 kata) yang memberikan
kesan tunggal yang dminan dan memusatkan diri pada satu tokoh dalam
satu situasi (pada suatu ketika).
Berdasarkan pengertian di atas, cerita pendek mengisahkan kehidupan sang
tokoh yang berada dalam satu peristiwa atau satu kejadian. Tokoh yang
dikisahkan dapat berupa tokoh imajinatif atau tokoh nyata yang dekat
dengan kehidupan pengarangnya.
Perhatikan langkah-langkah menulis cerita pendek berikut ini!
1. Tentukanlah tokoh cerita yang akan dikisahkan!
Penentuan tokoh yang akan dipilih tentu tidak sulit karena selama
hidupmu biasanya ada teman-teman teordekat yang biasa menjadi tempat
mengadu, berdialog, tukar pikiran, minta saran, atau mendengarkan keluh
kesah hidup dan cintanya.
Untuk itu, sebagai bahan penulisan cerita pendek ini, kamu tinggal pilih
kisah siapakah yang akan diceritakan. Atau, mungkin kamu pernah
mendengar kisah tragis kehidupan seorang tokoh terkenal. Atau mungkin
pula tokohoperaih prestasi lah raga dunia. Yang terpenting, tokoh yang
akan kamu ceritakan, peristiwa yang terjadi, tempat dan waktu kejadian,
dan orang-orang yang terlibat di dalamnya betul-betul kamu ketahui.
Berdasarkan fungsinya, tokoh cerita dapat dibedakan atas tokoh sentral
dan tokoh bawahan (Sudjiman, 1992: 17). Tokoh yang memegangoperan
pimpinan disebut tokoh utama atau prtagnis. Tokoh ini menjadi tokoh
sentral dalam cerita. Kriteria tokoh utama bukan frekuensi
kemunculannya, melainkan berdasarkan intensitas keterlibatannya dalam
peristiwa yang membangun cerita.
Selain tokoh prtagnis, ada tokoh sentral yang termasuk tokoh utama yang
disebut tokoh antagnis yaitu tokoh yang merupakan penentang atau lawan.
Tokoh prtagnis mempunyai karakter baik dan terpuji, sedangkan tokoh
antagnis mempunyai karakter yang jahat atau salah.
Yang dimaksud dengan tokoh bawahan adalah tokoh yang tidak sentral
karena kehadirannya hanya untuk menunjang atau mendukung tokoh utama.
Untuk kepentingan penulisan cerita pendek yang kamu susun, tentukanlah
tokoh-tokoh cerita tersebut termasuk karakter penokohannya.
2. Urutkan alur cerita berdasarkan urutan peristiwa sesuai dengan waktu dan tempat kejadian!
Tuliskan peristiwa yang akan dikisahkan. Urutkan peristiwa yang akan
dikisahkan berdasarkan urutan waktu atau urutan kejadian. Setelah
tergambar peristiwa yang akan dikisahkan, kamu dapat mengembangkan alur
ceritanya dari awal hingga akhir kejadian (alur maju). Atau sebaliknya,
kamu dapat mengawali cerita dari kejadian terakhir baru kamu uraikan
kejadian-kejaian sebelumnya (alur mundur/flashback). Atau, kamu dapat
menguraikan kejadiannya dengan cara gabungan dari setiap peristiwa
karena peristiwa yang satu berkaitan erat dengan kejadian yang lainnya
(alur gabung).
Setelah itu kamu tinggal menentukan, alur cerita mana yang akan kamu
tentukan agar cerita ini lebih menarik. Faktor latar cerita
memegangoperanan penting, tentu peristiwa yang dikisahkan sangat
berkaitan dengan waktu dan tempat. Untuk itu, identifikasi setiap
peristiwa yang dikisahkan dengan waktu dan tempat kejadiannya.
3. Kembangkanlah ide-ide cerita yang sudah kamu identifikasi tadi ke
dalam bentuk cerpen dengan memerhatikan teknik penceritaan yang menarik!
Menurut Sudjiman (1992: 91-101), terdapat beberapa teknik penceritaan
yaitu teknik pemandangan (panoramic/pictrial technique), teknik adegan
(scenic technique), teknik montase, teknik kolase, dan teknik asosiasi.
Teknik pemandangan umumnya lebih jelas dan terinci memberitahukan waktu
dan tempat cerita, serta membangun konteks tindakan dan kejadian yang
dikisahkan.
contoh teknik pemandangan
Mereka berhenti di depan meja-meja penuh makanan. Ekspresi Chelsea
berubah serius. Tatapannya melembut, srt matanya hangat dan penuh
simpati. Itulah yang disukai Jake pada diri Chelsea. Cewek itu baik
hati. Ia bukannya cuma ingin menunjukkan padamu seberapa hebatnya dia
dibandingkan dirimu.
Teknik adegan umumnya menyajikan cerita dengan menyajikan adegan atau
peristiwa dengan latar fisik yang jelas. Pembaca akan merasakan bahwa
dia terlibat dalam cerita dan peristiwa yang dikisahkan.
contoh teknik adegan
Aku tahu_ Rita balas berbisik. tapi kita kan sudah di sini, jadi
sekalian saja kita Lihat-lihat. Diguncangkannya senternya, berharap
sinarnya bisa lebih teorang. Rambut Rita yang hitam jatuh di matanya. Ia
menyibakkannya dan bergerak lebih dekat kepada Rn.
Teknik montase yakni teknik penceritaan dengan cara memtng-mtng cerita
sehingga akan menghasilkan cerita yang terputus-putus. Pembaca,
kadang-kadang merasa pusing atas kekacauan cerita yang tidak logis dan
sistematis yang memang disengajaoleh penceritanya.
Contoh Teknik Montase
Emry tak pemah bicara dengan suara pelan ia cuma bisa bicara dengan
suara keras, selah-lah berada di panggung opera. Dengan rambut hitam
berantakannya yang tak pernah tersentuholeh sisir, dan suaranya yang
dalam dan menggelegar, ke mana pun emry pergi, ia selalu menarik
perhatian. Berpikirnya cepat. Bicaranya cepat. Ia tak pemah berjalan,
ia selalu berlari. Ia selalu tampak terburu-buru, ia selalu melakukan
enam hal sekaligus, memberi instruksi pada selusin orang, bicara cepat
dan pada saat yang sama membuat catatan kecil_ kayaknya sih nggak ada,_
eorang jake. Diangkatnya setengah potong sandwich ayam dan dijatuhkannya
ke piring kertasnya. Ia berpikir keras. _ Yah...Aku bisa nntn gratis.
Itu lumayan asyik,_ ia mengakui._ Tapi hampir semua anak di sekolah kita
juga, bisa nntn gratis,”
jake menambahkan. ē¬adi kurasa itu nggak ada artinya.”
Teknik kolase adalah teknik penyajian cerita yang sarat dengan kutipan
dari karya sastra yang lain. Kadang-kadang cerita terpotong-potong dan
tidak berhubungan karena adanya penempelan kutipan karya lain. Teknik
asosiasi adalah teknik penceritaan dengan cara mengasosiasikan dengan
hal lain yang bertautan atau berhubungan. Asosiasi dapat terbentuk dalam
diri tokoh, pembaca, atau pencerita.
contoh teknik kolase
Jake tahu ada yang tidak beres begitu ia dan ayahnya memasuki kelas.
Tubuh emry langsung kaku. Ia menurunkan dipbardnya. Matanya menyapu
ruangan yang teorang bendeorang itu. Suara desisan yang mendirikan bulu
kuduk muncul dari bagian depan kelas. Sheila?_ Seru Emry seraya
menghentikan langkah di depan pintu. di mana para kru?_ Jake berjalan
pelan ke sisi Emry dan memandang isi ruangan. Ia tidak melihat Sheila.
Ia tidak melihat satu pun kru di sana.
Teknik asosiasi adalah teknik penceritaan dengan cara mengasosiasikan
dengan hal lain yang bertautan/berhubungan. Asosiasi dapat terbentuk
dalam diri tokoh, pembaca, atau pencerita.
contoh teknik asosiasi
Apa tidak mungkin ia berubah menjadi ular besar pada suatu waktu? Dan
jika terjadi demikian, pastilah pahlawan itu menggantung diri. Sebab ia
malu. Apa tidak mungkinoperawan itu telah menggantung diri? Telah habis
plisi mencari keteorangan. Tapi jawab tetangga selalu tidak tahu.
Berdasarakan teknik penceritaan yang telah diuraikan di atas, kamu dapat
memilih teknik mana yang akan dipilih untuk mengembangkan ide cerita
pendek yang akan ditulis. Kamu dapat menggunakan ragam bahasa yang
menarik sesuai dengan tema cerita yang disampaikan.
19. Unsur-unsur Intrinsik Teks Drama
Apakah kamu menyukai sinetron? Sinetron merupakan pertunjukan sandiwara
(drama) yang dibuat khusus untuk penayangan di media elektrnik, seperti
televisi. Jadi sinetron yang kamu tntn di televisi drama. Drama
merupakan karya sastra prosa yang diharapkan dapat menggambarkan
kehidupan dan watak melalui tingkah laku (akting) atau dialog yang
dipentaskan.
Unsur-unsur penting yang membangun struktur sebuah drama, antara lain:
1. Tema dan amanat.
2. Penokohan (karakteristik, perwatakan)
3. Alur (plot).
4. Setting (latar) meliputi aspek ruang dan aspek waktu.
5. Tikaian atau konflik.
Cakapan (dialog, monolog).
20. Membaca Teks Pidato
Banyak orang berpendapat bahwa berpidato dengan baik hanya dapat
dilakukanoleh orang yang mempunyai bakat berpidato. Pendapat itu tidak
benar karena berpidato termasuk jenis keterampilan yang dapat
dilakukanoleh setiap orang yang mempunyai minat ditambah dengan
keinginan untuk belajar dan berlatih. Dengan kata lain, belajar dan
berlatih itulah yang menentukan, bukan bakat. Sebab, bakat itu
pengaruhnya kecil sekali.
Ada pakar yang mengatakan bahwa pengaruh bakat itu hanya 10%, sedangkan
sisanya 90% murni hasil belajar dan berlatih. Berpidato dapat dilakukan
dengan empat macam cara, yaitu membaca teks atau naskah, menghafal,
spontanitas, dan menjabarkan kerangka topik.
Naskah pidato merupakan sebuah informasi yang telah disusun dengan
sistematik untuk disampaikan kepada khalayak. Pembacaannya harus
memerhatikan hal-hal berikut.
1. Volume suara harus keras dan jelas. Volume suara harus dapat
didengaroleh seluruh khalayak sehingga pendengar dapat menangkap dan
memahami informasi yang disampaikan. Apalagi jika tidak menggunakan
sarana pendukung seperti pengeras suara.
2. Gunakan intonasi dengan baik dan benar. Membaca naskah pidato harus
memerhatikan intonasi dengan baik dan benar (tidak mntn). Berilah
tekanan pada kalimat-kalimat yang penting, misalnya kapan harus
memberikan nada tinggi dan nada melemah. Semuanya harus diatur agar
pendengar tidak ikut terbawa suasana acara pada saat itu.
Jaga kmunikasi dengan pendengar. Jaga pandangan antara penglihatan Kamu pada teks pidato dengan penglihatanmu kepada khalayak.
21. Berpidato Tanpa Teks
Penampilan seorang pembicara ketika sedang berpidato menjadi pusat
perhatian pendengar. Semua yang ada pada pembicara semuanya
diperhatikan, mulai dari pakaian, potongan rambut, sampai caranya
berjalan menuju pdium. Bahkan cara berdirinya pun tidak luput dari
pengamatan pendengar.
Pandangan mata harus dilakukan secara merata menjangkau semua pendengar
baik yang di depan maupun yang di belakang, baik yang di sebelah kiri
maupun yang di sebelah kanan, pandangan yang merata itu sebaiknya harus
disertai dengan senyum ceria yang ikhlas. Gunanya adalah agar semua
pendengar merasa diajak bicara.
Agar kegiatan pidato yang dilakukan menarik hati dan perhatian
pendengar, seorang pembicara harus mampu memilih metode pidato yang
baik. Pada pelajaran semester 1, kamu telah berlatih berpidato dengan
menggunakan naskah.
Berpidato tanpa teks dapat dilakukan melalui dua cara, yakni dengan
menghafal naskah pidato (memriter) terlebih dahulu atau hanya
menuliskan topik-topik pokoknya yang dijabarkan dalam kerangka
(ekstemporan). Berpidato dengan cara menghafal hanya bisa dilakukan
kalau naskahnya pendek. Hal ini dapat dipahami karena kemampuan manusia
untuk menghafalkan naskah sangat terbatas.
Berpidato dengan menghafalkan naskah sebenarnya bertentangan dengan
kebiasaan sehari-hari.oleh karena itu, bila sudah sangat terpaksa,
berpidato dengan cara menghafalkan naskah harus kita hindari. Lebih baik
naskah pidato kita baca berulang-ulang saja (tidak perlu dihafalkan).
Artinya, kalimat-kalimatnya tidak perlu sama dengan naskah tetapi isinya
sama. Pidato jenis ini yaitu dengan cara menuliskan pesan pidato
kemudian diingat kata demi kata. Seperti manuskrip, memriter
memungkinkan ungkapan yang tepat, rganisasi berencana, pemilihan bahasa
yang teliti, gerak dan isyarat yang diintegrasikan dengan uraian. Tetapi
karena pesan sudah tepat, maka tidak terjalin saling hubungan antara
pesan dengan pendengar, kurang langsung, memerlukan banyak waktu dalam
persiapan, kurang spontan, perhatian beralih dari kata-kata kepada usaha
mengingat-ingat.
Bahaya besar timbul bila satu kata atau lebih hilang dari ingatan.Teknik
menghafal (memriter) mempunyai keunggulan dan kelemahan.
Keunggulannya antara lain:
1. lancar kalau benar-benar hafal;
2. tidak ada yang salah kalau benar-benar hafal; dan
3. mata pembicara dapat memandang pendengar.
Kelemahan teknik menghafal antara lain:
1. pembicara cenderung berbicara cepat tanpa penghayatan;
2. tidak dapat menyesuaikan dengan situasi dan reaksi pendengar; dan
3. kalau lupa, pidatonya gagal total.
Teknik lain yang dapat digunakan adalah dengan cara membuat catatan
garis besar pidato dan menjabarkannya ke dalam kerangka (ekstemporan).
Berpidato dengan cara ini sangat dianjurkan karena sifatnya sangat
fleksibel. Pembicara dituntunoleh kerangka yang dibuatnya. Kerangka itu
dikembangkan secara langsung dan dilihat saat diperlukan saja. Pembicara
juga bebas menyesuaikan dengan reaksi dan situasi pendengar. Kalau
kerangka pidato yang dibuat sudah dapat diingat pembicara dapat tampil
tanpa membawa secarik kertas. Hal ini tentu lebih baik lagi, karena
pembicara lebih knsentrasi meningkatkan kualitas pidatonya agar lebih
menarik.
Pidato dengan teknik ekstemporan mempunyai keunggulan dan
kelemahan.
Keunggulannya antara lain:
1. pokok-pokok isi pidato tak ada yang terlupakan;
2. penyampaian isi pidato runtut;
3. kemungkinan salah dan lupa kecil; dan
4. interaksi dengan pendengar sangat komunikaif.
Kelemahannya antara lain:
1. tangan cenderung kurang bebas bergerak karena memegang kertas jika tidak hafal;
2. terkesan kurang siap karena sering melihat catatan jika tidak hafal;
3. pemakaian bahasa kurang baik.
Setiap teknik berpidato mempunyai kelebihan dan kekurangan. Untuk itu,
setiap orang mungkin berbeda pilihannya dengan yang lain karena sangat
bergantung pada kesiapan dan kemahiran dalam mempraktikkannya. Untuk
meningkatkan keterampilan berpidato tanpa teks, pada pelajaran ini kamu
akan berlatih dengan menggunakan teknik ekstemporan yakni hanya
menuliskan garis besar pembicaraan. Perhatikan langkah-langkah berikut.
1. Menentukan Tema
Tentukanlah tema pembicaraan yang akan kamu sampaikan dalam pidato.
Tema yang dipilih merupakan masalah yang aktual dan faktual serta mampu
menarik perhatian peserta pidato.
2. Mencatat Pokok-pokok Pidato
Catatlah pokok-pokok pembicaraan yang akan disampaikan dalam pidato secara runtut, utuh, dan jelas.
3. Menyampaikan Pidato
Sekarang pikirkanlah bagaimana kamu akan menyampaikan pidato! Pikirkan
bagaimana kamu akan membuka pembicaraan saat pidato, menyampaikan
pidato, dan menutup pembicaraan dalam pidato! Penyampaian pidato
hendaknya sistematis serta menggunakan bahasa yang baik dan komunikaif.
Ada beberapa cara yang dapat dipilih untuk membuka pidato, menyampaikan
isi pidato, dan menutup pembicaraan dalam pidato. Perhatikan uraian
berikut ini!
a. Cara membuka pidato
Pembukaan pidato diucapkan setelah pembicara menyampaikan salam dan
sapaan kepada pendengar. Yang dilakukan pembicara adalah mengucapkan
salam dan menyapa pendengar dengan sapaan yang tulus, ramah, dan
bersahabat. Sapaan yang lazim digunakan antara lain: Bapak dan Ibu yang
saya hrmati, Saudara-saudara yang saya banggakan atau sapaan-sapaan
lainnya. Jumlah yang disapa jangan terlalu banyak. Satu,dua, atau tiga
sudah cukup. Kalau terlalu banyak, bisa menimbulkan kebsanan. Apalagi
kalau pembicara tampil berpidato pada giliran terakhir, sedangkan
pembicara-pembicara sebelumnya sudah menyebutkan sapaan-sapaan yang
sama.
Dalam setiap kmunikasioperanan pembuka sangat penting. Lancar tidaknya
kmunikasi banyak ditentukanoleh pembuka. Demikian pula dalam berpidato.
Pembuka pidato yang jelek dapat menimbulkan kesan permusuhan yang
menghambat kelancaran kmunikasi. Sebaliknya, pembuka yang menyenangkan
inilah yang mendukung kelancaran berpidato sehingga tujuan pidato mudah
dicapai.
Terdapat beberapa kiat membuka pidato, diantaranya dengan menyampaikan hal-hal berikut.
1) Mengucapkan rasa syukur
2) Menceritakan pengalaman
3) Menebar humr
4) Memperkenalkan diri
5) Menyampaikan gambaran umum
6) Menyebutkan fakta pendengar
7) Menyebutkan contoh nyata
8) Menyampaikan kutipan
9) Melibatkan peserta
10) Menunjukan benda peraga
b. Cara menguraikan isi pidato
Pembicara dapat menyampaikan isi pidatonya dengan memerhatikan hal-hal berikut.
1) Tujuan pidato, apakah tujuannya untuk memberitahukan, menghibur, atau mengajak.
2) Suasana dan situasi pidato, resmi atau tidak resmi.
3) Pendekatan yang digunakan, apakah menggunakan pendekatan intelektual,
mral, atau emsinal. Jika menggunakan pendekatan intelektual, pembicara
harus mengutamakan penalaran.
Berbagai alasan, bukti, dan contoh sangat diperlukan dalam menguraikan
isi pidato. Jika menggunakan pendekatan mral, pembicara lebih
mengutamakan masalah mral dan keagamaan. Jika menggunakan pendekatan
emsinal, pembicara harus lebih mengutamakan emsi dapat menyentuh
masalah semangatnya, kebutuhannya, lingkungannya, keramahannya, atau
yang lainya, mereka mudah terhanyut dan mudah meNoerima isi pidato.
Berdasarkan uraian di atas, pembicara sangat bijaksana kalau melihat,
mengamati, dan menganalisis tujuan, situasi, dan pendekatan yang akan
digunakan sebelum berpidato.
C. Cara menutup pidato
Ada tiga kesalahan besar yang sering dilakukan pembicara dalam menutup
pidato. Pertama, pembicara tidak tahu persis di mana harus berhenti.
Kedua, ada pembicara yang sebenarnya ingin mengakhiri pidatonya, tetapi
sulit berhenti deperti kendaraan tanpa rem. Ia berbicara apa saja,
berputar-putar tak menentu. Ketiga, kesalahan yang paling besar seakan
tak beromanfaat, pembicara menutup pidato dengan mengucapkan kalimat
seperti berikut:
”Demikianlah yang bisa saya katakan pada kesempatan ini. Karena apa
yang akan saya katakan sudah saya katakan semuanya, maka saya tidak
akan memperpanjang lagi pidato saya. Karena itu saya akhiri
sekian”.Penutupan pidato seperti itu tidak bermakna apa-apa. Cara-cara
menutup pidato berikut ini dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan atau
situai dan kondisi.
1) Menyingkat atau menyimpulkan.
2) Memuji pendengar.
3) Menyampaikan kalimat-kalimat lucu.
4) Meminta pendengar untuk bertindak.
5) Menyampaikan ungkapan terkenal.
6) Melantunkan pantun.
Pilihlah cara manakah yang akan kamu gunakan untuk membuka, menyampaikan, dan menutup pidato.
22. Mempresentasikan Program Kegiatan (Proposal)
Dalam kehidupan sehari-hari tentu banyak kegiatan yang dilakukan, baik
secara individu maupun secara kelompok. Setiap kegiatan yang dilakukan
tentu mempunyai tujuan yang ingin dicapai dan harapan yang ingin
diraih. Penetapan tujuan kegiatan itu penting sebagai arah kegiatan yang
akan dilakukan. Untuk mencapai tujuan tersebut, sebaiknya dibuat
rencana kegiatannya terlebih dahulu agar semua kegiatan terencana dan
terarah dengan baik. Rencana kegiatan tersebut dikenal dengan nama
proposal yang di dalamnya memuat program-program kegiatan
23. Menulis Karangan Menggunakan Pola Pengembangan Deduktif dan Induktif
Kamu tentu banyak mengidlakan penulis-penulis terkenal. Melalui
kegiatan mengaorang, prestasi dan prestise seseorang akan naik.
Mengaorang adalah kegiatan menyusun atau mengrganisasikan buah pikiran,
ide, atau gagasan dengan menggunakan orangkaian kalimat yang logis dan
terpadu dalam bahasa tulis. Karangan sering diartikan sebagai orangkaian
kalimat yang logis, pemikiran atau pelukisan tentang suatu objek, suatu
peristiwa, atau suatu masalah. Karangan yang disusun dapat berupa fiksi
maupun Nonfiksi.
Pada pelajaran ini, kamu akan berlatih menulis karangan Nonfiksi
(karangan ilmiah). Menulis karangan ilmiah tidak jauh berbeda dengan
menulis karangan lainnya. Yang membedakan karangan ilmiah dengan
karangan lain adalah dari metode/kajian yang digunakannya. Karangan
ilmiah bukan sepenuhnya karya ekspresi diri seperti karangan fiksi hasil
imajinasi, tetapi penulis harus menyampaikan data oobjektif yang
diperleh melalui metode/kajian ilmiah.
Data yang diperleh melalui kajian ilmiah di antaranya diperleh melalui
hasil pengamatan, tes, wawancara, penyebaran angket, kajian pustaka, dan
uji cba di labratrium. Karangan fiksi merupakan karya yang sepenuhnya
merupakan hasil ekspresi diri, data yang disampaikan merupakan hasil
imajinasi atau hasil rekaan sendiri walaupun mungkin berdasarkan
realitas di sekelilingnya. Menurut Arifin (1998:2), karangan ilmiah
adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis
menurut metdlgi penulisan yang baik dan benar. Karangan ilmiah ditulis
berdasarkan metode ilmiah yang menyajikan suatu topik secara sistematis
dan dilengkapi dengan fakta atau data yang sahih dengan menggunakan
bahasa ragam baku. Karangan ilmiah mempunyai ciri sebagai berikut.
1. Fakta yang disajikan bersifat oobjektif;
2. Penyajiannya disusun secara logis dan sistematis; dan
3. Bahasa yang digunakan adalah ragam bahasa baku.
Untuk lebih memahami dan meningkatkan kemampuanmu mengaorang, ikutilah langkah-langkah berikut!
1. Tentukanlah topik
Topik adalah pokok pembicaraan. Dalam pemilihan topik, seorang penulis harus mempertimbangkan hal-hal berikut:
a. Topik harus betul-betul dikuasai dan dekat dengan kehidupan.
b. Topik harus menarik perhatian.
c. Topik harus spesifik atau terpusat pada satu permasalahan yang sempit dan terbatas.
d. Topik harus memiliki data atau fakta yang oobjektif.
e. Topik harus diketahui prinsip-prinsip ilmiahnya.
f. Topik harus memiliki sumber acuan atau kepustakaan.
2. Rumuskan judul karangan
Berdasarkan topik yang ditetapkan, dapat dirumuskan judulkarangan. Judul
adalah kepala karangan. Syarat judul yang baik sebagai berikut.
a. Judul relevan dengan isi karangan.
b. Judul dirumuskan secara singkat dan jelas.
c. Judul dapat menarik perhatian.
3. Buatlah kerangka karangan
Berdasarkan topik tersebut, catatlah hal-hal yang akan ditulis
berdasarkan topik yang kamu pilih! Setelah mencatat hal-hal penting yang
akan kamu tulis, buatlah kerangka karangannya. Urutkan dari hal-hal
yang umum ke hal yang khusus. Hal ini disebut pola pengembangan deduksi.
Kamu dapat juga mengurutkan dari hal-hal yang khusus ke hal-hal yang
umum. Hal ini disebut pengembangan induksi. Selanjutnya buat kerangka
karangan dengan mengikuti langkah berikut.
a. Tuliskanlah topik-topik umum dan topik-topik bawahan (rincian) secara rinci.
b. Evaluasilah topik-topik yang dituliskan berdasarkan relevansi dan
kedudukannya. Yang tidak relevan atau tidak ada hubungannya dengan topik
dibuang, kemudian dari judul dan anak judul terpilih urutkan
berdasarkan pola pengembangan serta kedudukannya, mana yang harus
disajikan lebih dulu dan mana yang berikutnya.
c. Susunlah kerangka karangan dengan pola deduksi atau induksi. Jika
pola pengembangan karangan yang dipilih pola deduksi, maka topik-topik
yang dipilih harus diurutkan dari hal yang umum ke hal-hal yang khusus.
Sebaliknya, jika pola pengembangan yang dipilih pola induksi, maka
topik-topik dipilih diurutkan dari yang khusus ke yang umum.
4. Kumpulkan data karangan
Setelah kerangka karangan disusun, kumpulkan data dengan cara sebagai berikut.
a. Mencari keteorangan dari bahan kepustakaan.
b. Mencari keteorangan dari pihak-pihak yang mengetahui permasalahan.
c. Mengamati langsung objek yang ditulis.
d. Mengadakan percbaan atau pengujian di lapangan atau labratrium.
Informasi yang dicari harus relevan dengan topik yang ditulis. Catat isi
yang dikutip dan sumber yang dirujuknya. Yang perlu dicatat yakni nama
pengarang, judul buku, tahun terbit, kta terbit, penerbit, dan halaman
letak informasi tersebut diambil. Selain itu data atau fakta yang
ditemukan di lapangan juga dicatat. Data di lapangan dapat dikumpulkan
melalui pengamatan, wawancara, penyebaran angket, atau eksperimen.
5. Membuat karangan utuh
Setelah semua bahan yang dibutuhkan sudah lengkap, kembangkanlah
kerangka karangan yang sudah disusun dengan pola yang dipilih, deduksi
atau induksi! Pengembangan kerangka karangan menjadi sebuah karangan
perlu memerhatikan penyajian karangan; pengembangan paragraf; dan
pemakaian bahasa.
Pengembangan setiap judul dan sub-subjudul harus uraian yang sesuai
dengan judul atau subjudul yang dikembangkan. Jika ada gambar, bagan,
tabel atau grafik, maka sebelum dan sesudah bagan/grafik/tabel/ gambar
hendaknya ada uraian yang mengantarkan atau menjelaskan.
Pemaparan tersebut hendaknya menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan
benar. Tahap pengembangan karangan secara umum sebagai berikut.
a. Pengelmpkan bahan, yakni bagian mana yang didahulukan dan bagian mana yang mengikutinya.
b. Pengonsepan, yakni tahap pengembangan kerangka karangan menjadi karangan.
c. Pengecekan kembali naskah, yakni lengkapi kekurangan dan buang yang
tidak relevan. Atau buang pembahasan yang tumpang tindih atau
berulang-ulang.
Penyuntingan berdasarkan pemakaian bahasa, yakni perbaiki ejaan yang
salah, perbaiki kalimat yang tidak efektif, perbaiki pemakaian kata yang
tidak baku, dan perbaiki paragraf yang pengembangannya kurang baik.
24. Menulis Kritik dan Esai
Pernahkah kamu membaca kritik dan esai yang disampaikan seseorang
melalui media cetak? Apakah bedanya dengan resensi? Diskusikanlah dengan
temanmu untuk memahami tiga istilah, yakni resensi, kritik, dan esai!
Pada semester 1, kamu telah membaca beberapa resensi buku Nonfiksi dan
resensi kumpulan cerpen. Bahkan, kamu pun telah berlatih membuat
resensi. Sekarang kamu akan mempelajari kritik dan esai.
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1997 : 531 ),
disebutkan kritik adalah kecaman atau tanggapan, kadang-kadang disertai
uraian dan pertimbangan baik buruk terhadap sesuatu hasil karya,
pendapat, dan sebagainya. Sedangkan esai adalah karangan prosa yang
membahas suatu masalah secara sepintas lalu dari sudut pandang pribadi
penulisnya (Depdikbud, 1997: 270 ). Berdasarkan pengertian di atas,
kritik dan esai merupakan sebuah karangan yang berisi ulasan dan
pembahasan tentang suatu masalah dari sudut pandang seseorang.
Terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam menyusun kritik dan esai, di antaranya sebagai berikut.
1. Pokok persoalan yang dibahas harus layak untuk diulas dan hasil
ulasannya harus memberikan keteorangan atau memperlihatkan sebab musabab
yang berkaitan dengan suatu peristiwa yang nyata. Jadi yang terpenting
bukan apa yang diulas, tetapi bagaimana cara penulis memberikan
ulasannya.
2. Pendekatan yang digunakan harus jelas, apakah persoalan didekati
dengan pendekatan faktual atau imajinatif? Pendekatan faktual maksudnya
mendekati pokok persoalan berdasarkan fakta dan datanya sebagaimana
diserap pancaindra. Pendekatan imajinatif maksudnya mendekati pokok
persoalan berdasarkan apa yang dibayangkan atau diangankan.
3. Ulasan yang menggunakan pendekatan faktual harus didukungoleh fakta
yang nyata dan objektif. Penulis tidak bleh mengubah fakta untuk
mendukung pandangannya. Pernyataan yang diungkapkan harus jelas, jangan
samar-samar, harus dapat dipercaya, tidak disangsikan atau disangkal,
dan dapat dibuktikan kebenarannya.
25. Penulisan Kritik dan Esai Karya Sastra
Pada pelajaran sebelumnya, kamu telah mencoba menganalisis contoh sebuah
kritik dan esai untuk memahami prinsip-prinsip penulisan kritik dan
esai terhadap suatu realitas hidup. Terdapat beberapa prinsip penulisan
kritik dan esai terhadap realitas kehidupan di antaranya sebagai
berikut.
1. Pokok persoalan yang dibahas harus layak untuk diulas dan hasil
ulasannya harus memberikan keteorangan yang berkaitan dengan suatu
peristiwa yang nyata.
2. Pendekatan yang digunakan harus jelas, apakah menggunakan pendekatan faktual atau imajinatif?
3. Ulasan yang menggunakan pendekatan faktual harus didukungoleh fakta
yang nyata dan oobjektif. Penulis tidak bleh mengubah fakta untuk
mendukung pandangannya.
4. Pernyataan yang diungkapkan harus jelas, jangan samar-samar, harus
dapat dipercaya, tidak disangsikan atau disangkal, dan dapat dibuktikan
kebenarannya.
Pada pelajaran ini, kamu akan berlatih meNoerapkan prinsip-prinsip
membuat kritik esai untuk mengmentari karya sastra. H.B. Jasin
mengemukakan bahwa kritik kesusastraan adalah pertimbangan baik atau
buruk suatu hasil kesusastraan. Pertimbangan itu disertai dengan alasan
mengenai isi dan bentuk karya sastra. Widyamartaya dan Sudiati (2004 :
117) berpendapat bahwa kritik sastra adalah pengamatan yang teliti,
perbandingan yang tepat, dan pertimbangan yang adil terhadap
baik-buruknya kualitas, nilai, kebenaran suatu karya sastra. Memberikan
kritik dan esai dapat beromanfaat untuk memberikan panduan yang memadai
kepada pembaca tentang kualitas sebuah karya. Di samping itu, penulis
karya tersebut akan memperleh masukan, terutama tentang kelemahannya.
Berdasarkan uraian di atas, kritik sastra berfungsi sebagai berikut.
1) Membina dan mengembangkan sastra. Melalui kritik sastra, kritikus
berusaha menunjukkan struktutr sebuah karya sastra, memberikan
penilaian, menunjukkan kekuatan dan kelemahannya, serta memberikan
alternatif untuk pengembangan karya sastra tersebut.
2) Pembinaan apresiasi sastra. Para kritikus berusaha membantu para
peminat karya sastra memahami sebuah karya sastra. Kritikus berusaha
mengungkap daerah-daerah yang lemah yang terdapat dalam karya sastra.
Analisis struktur sastra, kmentar dan interprestasi, menjelaskan
unsur-unsurnya,serta menunjukan unsur-unsur yang tersirat dan tersurat,
akan dapat menuingkatkan apresiasi sastra.
3) Menunjang dan mengembangkan ilmu sastra. Kritik sastra merupakan
wadah analisis karya sastra, analisis struktur cerita, gaya bahasa, dan
teknik penceritaan. Hal ini merupakan sumbangan pula untuk para ahli
sastra dalam mengembangkan teri sastra. Para pengarang pun dapat belajar
melalui kritik sastra dalam memperluas pandangannya, sehingga
ciptaannya lebih berkembang. Untuk membuat kritik dan esai terhadap
karya sastra, penulis dapat menggunakan dua pendekatan yakni dengan
pendekatan deduktif dan pendekatan induktif.
Penulisan kritik dan esai dengan pendekatan deduktif, penulis menetapkan
ukuran yang benar-benar dipahami dan diyakini secara oobjektif dan
knsisten. Ukuran yang digunakan di antaranya tentang kaidah mral, kaidah
ssial, kaidah hukum, atau kaidah ilmiah. Penulis harus netral, tidak
bleh mengikuti emsi dan kehendak sendiri. Penilaian harus diberikan
secara jujur dan oobjektif. Apabila menggunakan pendekatan induktif,
penulis dapat langsung mengamati karya sastranya dan langsung membuat
kesimpulan berdasarkan penilaian dari sudut pandangnya.
26. Menulis Esai dengan Pola Pengembangan Pembuka, Isi, dan Penutup
Pada pelajaran terdahulu, kamu telah berlatih mengidentifikasi dan
menerapkan prinsip-prinsip penulisan kritik dan esai. Esai merupakan
ulasan terhadap suatu pokok permasalahan dilihat dari sudut pandang
penulis.
Contoh kerangka penulisan esai.
Pengantar/Pembuka:
Dunia Sekarang ini tempat yang kecil. Tidak seperti zaman Marc Pl. Sekarang ada pamflet-pamflet dan bir-bir perjalanan.
Pengembangan/Isi:
1. Di rumah, caln turis pada musim dingin merencanakan liburan: melihat
pamflet-pamflet, menghitung-hitung biaya. Perlu waktu lama untuk
memutuskan untuk pergi ke mana.
2. Teman-teman sekantr heran dengan rencana dan pengetahuannya. Minta
dikirimi kartu ps bergambar. Caln turis terhibur selama bulan-bulan
musim dingin.
3. Waktu berpariwisata makin dekat. Tujuan wisata sudah bersiap-siap
dengan segala macam tawaran dan sambutan. Tidak kalah sibuknya para
penjual suvenir.
4. Acara melihat-lihat objek wisata sangat padat dan penat. Sedikit
sekali yang sebenarnya dilihat. Masih harus sibuk pula kirim kartu ps
bergambar.
Kesimpulan/Penutup:
Dua minggu berlalu. Pulang kembali segar . Kerja satu tahun menanti liburan kembali
27. Menemukan Ide Pokok dengan Membaca Cepat
Membaca merupakan kebutuhan utama untuk seseorang yang ingin
meningkatkan intelektualitas dan kualitas hidupnya. Dengan membaca,
seseorang dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam berbagai
hal.oleh karena itu, budaya baca harus terus dikembangkan. Mungkinkah
kecepatan dan kemampuan mambaca itu ditingkatkan? Pernahkah kamu
mengukur kecepatan membacamu? Tahukah bagaimana cara mengukur kecepatan
membaca?
Pembaca yang baik harus mempunyai tujuan yang jelas untuk apa dia
membaca. Berdasarkan tujuan membaca, seseorang dapat mengatur kecepatan
membacanya. Selain itu, pembaca yang baik hendaknya dapat meNoerapkan
metode dan teknik pengembangan kecepatan membaca; mengetahui
faktor-faktor yang secara tidak sadar menghambat kecepatan membaca,
mengetahui bermacam-macam variasi kecepatan membaca sesuai dengan
variasi tujuan membaca, dan mampu memilih informasi penting yang
dibutuhkan dengan cepat sesuai dengan tujuan membacanya.
Ada kecenderungan anggapan bahwa seorang pembaca lambat itu berhubungan
dengan kecerdasannya. Seorang pembaca yang lambat mungkin hanya tidak
tahu bagaimana cara membaca yang cepat sehingga apa yang dilakukan tidak
efisien. Dengan mengetahui metode dan teknik mengembangkan kecepatan
membaca, kemudian diikutioleh latihan intensif, dan membiasakan diri
membaca dengan cepat, maka beberapa minggu saja kamu akan melihat
hasilnya.
Kalau kamu mau mencoba mengukur kecepatan membaca, ikutilah langkah-langkah berikut.
1. Catatlah waktu mulai membaca!
2. Tandailah di mana kamu mulai membaca!
3. Bacalah teks tersebut dengan kecepatan yang menurut kamu memadai!
4. Tandailah bagian akhir membaca!
5. Catatlah waktu berakhirnya membaca!
6. Hitunglah berapa waktu yang diperlukan!
7. Hitunglah jumlah kata dalam teks yang dibaca!
8. Kalikanlah jumlah kata dengan bilangan 60 per menit!
9. Bagilah hasil perkaliaan tersebut dengan jumlah waktu yang diperlukan
untuk membaca tadi, maka hasilnya jumlah kata per menit. Pergunakan
rumus membaca cepat berikut.
Kebiasaan membaca dengan bersuara, menggerakkan bibir,menggerakkan
kepala, menunjuk dengan jari atau pensil, mengulang, dan menyuarakan
dalam hati harus dihilangkan sedikit demi sedikit. Hal-hal tersebut
dapat menghambat kecepatan membaca.
Melalui latihan membaca cepat ini, diharapkan dapat meningkatkan
kecepatan dan kemampuan membaca sampai dua, tiga kali lipat, dapat
mendemnstrasikan membaca cepat sebagai sarana meningkatkan kecepatan
membaca, dapat melebarkan jangkauan gerak mata sebagai sarana
meningkatkan kecepatan membaca, dapat menguorangi kesalahan–kesalahan
dalam gerak mata yang menghambat kecepatan membaca, dan dapat
meningkatkan pemahaman terhadap bacaan.
Perlu kamu sadari bahwa kegiatan membaca dilakukan beRosama-samaoleh
mata dan tak. tak menyerap apa yang dilihat mata.oleh karena itu melihat
adalah mengerti. Pada saat membaca, kamu diharapkan mampu mengerti dan
memahami isi bacaan.
28. Menentukan Ide Pokok dari Berbagai Pola Paragraf
Paragraf merupakan sekumpulan kalimat yang membicarakan suatu topik
dengan dilengkapi pikiran-pikiran pendukung. Dalam sebuah paragraf
hanya membicarakan satu permasalahan; mempunyai kalimat utama; mempunyai
kalimat penjelas; antara kalimat yang satu dengan lainnya saling
bertalian, mendukung, dan melengkapi sehingga membentuk kesatuan yang
utuh dan padu
Dalam sebuah wacana, paragraf biasanya ditulis menjorok atau diberi
jarak antarparagraf. pengembangan paragraf dalam sebuah karangan
menggambarkan alur pikir atau penalaran seorang penulis. Penalaran
merupakan cara berpikir penulis untuk memadukan data atau fakta sehingga
sampai pada suatu kesimpulan.
Seorang penulis dapat menggunakan dua bentuk penalaran yakni penalaran
deduksi dan induksi. Penalaran deduksi adalah suatu penyajian gagasan
dengan mengungkapkan hal-hal yang bersifat umum kemudian dikembangkan
dengan membicarakan hal-hal yang bersifat khusus (rincian).
Penalaran induksi adalah suatu penyajian gagasan dengan mengungkapkan
hal-hal yang bersifat khusus kemudian dikembangkan dengan membicaraka
hal-hal yang bersifat umum. Gagasan yang dikembangkan dalam sebuah
karangan dapat menggunakan kedua bentuk penalaran di atas secara
bergantian.
Penerapan penalaran tersebut dapat terlihat dalam satuan-satuan gagasan
yang disampaikan dalam sebuah paragraf. Berdasarkan pola
pengembangannya, paragraf dapat dikembangkan dengan beberapa pola, di
antaranya paragraf deduksi dan induksi.
Paragraf deduksi adalah paragraf yang diawali dengan hal-hal yang
bersifat umum dan diperjelas dengan hal-hal yang bersifat khusus.
Paragraf induksi adalah paragraf yang dikembangkan mulai dengan hal-hal
yang khusus ke hal-hal yang umum. Pada paragraf deduksi, kalimat
utamanya berada di awal paragraf, sedangkan paragraf induksi kalimat
utamanya berada di akhir paragraf.
Kalimat utama adalah kalimat yang mengandung gagasan pokok yang
diuraikan dalam paragraf tersebut. Gagasan utama tersebut diperjelas
dengan gagasan-gagasan pendukung. Kalimat yang mengandung gagasan
pendukung disebut kalimat penjelas. Sebagaimana telah disampaikan bahwa
setiap paragraf berisi sebuah gagasan utama yang merupakan pokok dari
sebuah paragraf. Agar gagasan utama itu semakin jelas, maka gagasan
utama tersebut ditambah dengan gagasan-gagasan tambahan. Gagasan utama
sebuah paragraf dapat dicari dengan cara sebagai berikut.
1. Membaca kalimat demi kalimat yang ada pada paragraf tersebut.
2. Jika kalimat pertama atau kedua merupakan inti paragraf, berarti
kalimat tersebut adalah gagasan utama paragraf yang beRosangkutan.
3. Jika kalimat pertama bukan inti paragraf, cermati kalimat terakhir
paragraf tersebut. Jika kalimat terakhir itu merupakan inti paragraf,
maka kalimat tersebut merupakan gagasan utamanya.
4. Jika bukan kalimat pertama dan kalimat terakhir inti paragrafnya,
berarti gagasan utama paragraf tersebut tersirat pada tiap kalimatnya.
Jika kalimat intinya terletak di awal dan di akhir paragraf, berarti
gagasan utama paragraf tersebut terletak di awal dan akhir paragraf.
29. Keterkaitan Gurindam dengan Kehidupan Sehari-hari
kamu telah berlatih membacakan gurindam dengan lafal, intonasi, dan
penghayatan yang baik, kemudian telah menganalisis dan mendiskusikan
nilai-nilai yang terkandung dalam gurindam.
Sebagaimana telah didiskusikan, gurindam kaya dengan falsafah hidup dan
nasihat. Diskusikan makna yang terkandung pada setiap fasal dalam
kutipan Gurindam XII karya Raja Ali Haji berikut ini!
Ini Gurindam Fasal yang Pertama
Baorang siapa mengenal Allah
Suruh dan tegahnya tiada ia menyalah
Baorang siapa mengenal diri
Maka telah mengenal akan Tuhan yang bahari
Baorang siapa mengenal dunia
Tahulah ia baorang yang terperdaya
Baorang siapa mengenal akhirat
Tahulah ia dunia mudarat
Ini Gurindam Fasal yang Kedua
Baorang siapa meninggalkan puasa
Tidaklah mendapat dua termasa
Baorang siapa meninggalkan zakat
Tiadalah hartanya berleh berkat
Baorang siapa meninggalkan haji
Tiadalah ia menyempurnakan janji
Ini Gurindam Fasal yang Ketiga
Apabila terpelihara lidah
Niscaya dapat daripadanya faedah
Bersungguh-sungguh engkau memeliharakan tangan
Daripada segala berat dan ringan
Apabila perut terlalu penuh
Keluarlah fiil yang tiada sennh
Anggta tengah hendaklah ingat
Di situlah banyak orang yang hilang semangat
Hendaklah peliharakan kaki
Daripada berjalan yang membawa rugi
Ini Gurindam Fasal yang Keempat
Mengumpat dan memuji hendaklah pikir
Di situlah banyak orang yang tergelincir
Pekerjaan marah jangan dibela
Nanti hilang akal di kepala
Jika sedikit pun berbuat bhng
Bleh diumpamakan mulutnya itu pekng
Tanda orang yang amat celaka
Aib dirinya tiada ia sangka
Bakhil jangan diberi singgah
Itulahoperampk yang amat gagah
Baorang siapa yang sudah besar
Janganlah kelakuannya membuat kasar
Baorang siapa perkataannya ktr
Mulutnya itu umpama ktr
Di mana tahu salah diri
Jika tidak orang lain yang berperi
Pekerjaan takabur jangan dirapih
Sebelum mati didapat juga sepih
Ini Gurindam Fasal yang Kelima
Jika hendak mengenal orang mulia
Lihatlah kepada kelakuan dia
Jika hendak mengenal orang berilmu
Bertanya belajar tiadalah jemu
Jika hendak mengenal orang yang berakal
Di dalam dunia mengambil bekal
Jika hendak mengenal orang yang baik peorangai
Lihatlah pada ketika bercampur dengan orang ramai
Ini Gurindam Fasal yang Keenam
Cahariolehmu akan istri
Yang bleh menyerahkan diri
Cahariolehmu akan kawan
Pilihlah segala orang yang setiawan
Cahariolehmu akan abdi
Yang ada baik sedikit budi
Ini Gurindam Fasal yang Ketujuh
Apabila kita kurang siasat
Itulah tanda pekerjaan hendak sesat
Apabila anak tidak dilatih
Jika besar bapanya letih
Apabila banyak mencela orang
Itulah tanda dirinya kurang
Apabila orang yang banyak tidur
Sia-sia sahajalah umur
Apabila mendengar akan khabar
MeNoerimanya itu hendaklah sabar
Apabila mendengar akan aduan
Membicarakannya itu hendaklah cemburuan
Apabila perkataan yang lemah lembut
Lekaslah segala orang mengikut
Apabila perkataan yang amat kasar
Lekaslah segala orang mengikut
Apabila pekerjaan yang amat benar
Tidak bleh orang berbuat hnar
Ini Gurindam Fasal Kedelapan
Lidah yang suka membenarkan dirinya
Daripada yang lain dapat kesalahannya
Daripada memuji diri hendaklah sabar
Biar daripada orang datangnya khabar
orang yang suka menampakkan jasa
Setengah daripada syirik mengaku kuasa
Kejahatan diri sembunyikan
Kebajikan diri diamkan
Keaiban orang jangan dibuka
Keaiban diri hendaklah sangka
Ini Gurindam Fasal yang Kesembilan
Kepada segala hamba-hamba raja
Di situlah setan tempatnya manja
Kebanyakan orang yang muda-muda
Di situlan setan tempat bergda
Perkumpulan laki-laki dengan perempuan
Di situlah setan punya jamuan
Adapun orang tua yang hemat
Setan tak suka membuat sahabat
Jika orang muda kuat berguru
Dengan setan jadi berseteru
Ini Gurindam Fasal yang Kesepuluh
Dengan anak janganlah lalai
Supaya bleh naik ke tengah balai
Dengan istri dan gundik janganlah alpa
Supaya kemaluan jangan meNoerpa
Dengan kawan hendaklah adil
Supaya tangannya jadi kapil
Ini Gurindam Fasal yang Kesebelas
Hendaklah memegang amanat
Buanglah khianat
Hendak marah
Dahulukan hujjah
Hendak dimalui
Jangan memalui
Hendak ramai
Murahkan peorangai
Ini Gurindam Fasal yang Keduabelas
Hukum adil atas rakyat
Tanda raja berleh inayat
Kasihkan orang yang berilmu
Tanda rahmat atas dirimu
Hrmat akan orang yang pandai
Tanda mengenal kasa dan cindai
Ingatkan dirinya mati
Itulah asal berbuat bakti
Akhirat itu terlalu nyata
Kepada hati yang yang tidak buta
Dikutip dari: Puisi Indonesia Lama Berisi Nasehat,(Depdikbud, 1986: 24—30).
Gurindam isinya penuh dengan makna kehidupan. Isinya banyak memberikan
tuntunan dalam hidup beragama dan berssial.oleh karena itu,
nilai-nilainya sangat erat dengan kehidupan kita sehari-hari. Untuk
membuktikannya baca dan pelajari Gurindam XII dengan cermat dan saksama!
30. Sejarah sastra Indonesia
Secara urutan waktu maka sastra Indonesia terbagi atas beberapa angkatan:
1. •Pujangga Lama
2. •Sastra "Melayu Lama"
3. •Angkatan Balai Pustaka
4. •Pujangga Baru
5. •Angkatan '45
6. •Angkatan 50-an
7. •Angkatan 66-70-an
8. •Dasawarsa 80-an
9. •Angkatan Reformasi
Secara metode penyampaian sastra Indonesia terbagi atas 2 bagian besar, yaitu: lisan & tulisan
1. Pujangga Lama
Karya sastra di Indonesia yang dihasilkan sebelum abad ke-20. Pada masa
ini karya satra di Indonesia di dominasi oleh syair, pantun, gurindam
dan hikayat.
Karya Sastra Pujangga Lama
•Sejarah Melayu
•Hikayat Abdullah - Hikayat Andaken Penurat - Hikayat Bayan Budiman -
Hikayat Djahidin - Hikayat Hang Tuah – Hikayat Kadirun - Hikayat Kalila
dan Damina - Hikayat Masydulhak - Hikayat Pandja Tanderan - Hikayat
Putri Djohar Manikam - Hikayat Tjendera Hasan - - Tsahibul Hikayat
•Syair Bidasari - Syair Ken Tambuhan - Syair Raja Mambang Jauhari - Syair Raja Siak
•dan berbagai Sejarah, Hikayat, dan Syair lainnya
2. Sastra "Melayu Lama"
Karya sastra di Indonesia yang dihasilkan antara tahun 1870 - 1942, yang
berkembang dilingkungan masyarakat Sumatera seperti "Langkat, Tapanuli,
Padang dan daerah sumatera lainnya", Cina dan masyarakat Indo-Eropa.
Karya
sastra pertama yang terbit sekitar tahun 1870 masih dalam bentuk syair, hikayat dan terjemahan novel barat.
Karya Sastra "Melayu Lama"
•Robinson Crusoe (terjemahan)
•Lawan-lawan Merah
•Mengelilingi Bumi dalam 80 hari (terjemahan)
•Graaf de Monte Cristo (terjemahan)
•Kapten Flamberger (terjemahan)
•Rocambole (terjemahan)
•Nyai Dasima oleh G. Francis (Indo)
•Bunga Rampai oleh A.F van Dewall
•Kisah Perjalanan Nakhoda Bontekoe
•Kisah Pelayaran ke Pulau Kalimantan
•Kisah Pelayaran ke Makassar dan lain-lainnya
•Cerita Siti Aisyah oleh H.F.R Kommer (Indo)
•Cerita Nyi Paina
•Cerita Nyai Sarikem
•Cerita Nyonya Kong Hong Nio
•Nona Leonie
•Warna Sari Melayu oleh Kat S.J
•Cerita Si Conat oleh F.D.J. Pangemanan
•Cerita Rossina
•Nyai Isah oleh F. Wiggers
•Drama Raden Bei Surioretno
•Syair Java Bank Dirampok
•Lo Fen Kui oleh Gouw Peng Liang
•Cerita Oey See oleh Thio Tjin Boen
•Tambahsia
•Busono oleh R.M.Tirto Adhi Soerjo
•Nyai Permana
•Hikayat Siti Mariah oleh Hadji Moekti (indo)
•dan masih ada sekitar 3000 judul karya sastra Melayu-Lama lainnya
3. Angkatan Balai Pustaka
Karya sastra di Indonesia sejak tahun 1920 - 1950, yang dipelopori oleh
penerbit Balai Pustaka. Prosa (roman, novel, cerita pendek dan drama)
dan puisi mulai menggantikan kedudukan syair, pantun, gurindam dan h
ikayat dalamkhazanah sastra di Indonesia pada masa ini.
Balai Pustaka didirikan pada masa itu untuk mencegah pengaruh buruk dari
bacaan cabul dan liar yang dihasilkan oleh sastra Melayu Rendah yang
banyak menyoroti kehidupan pernyaian (cabul) dan dianggap memiliki misi
politis (liar). Balai Pustaka menerbitkan karya dalam tiga bahasa yaitu
bahasa Melayu-Tinggi, bahasa Jawa dan bahasa Sunda; dan dalam jumlah
terbatas dalam bahasa Bali, bahasa Batak dan bahasa Madura.
Pengarang dan karya sastra Angkatan Balai Pustaka
•Merari Siregar
oAzab dan Sengsara: kissah kehidoepan seorang gadis (1921)
oBinasa kerna gadis Priangan! (1931)
oTjinta dan Hawa Nafsu
•Marah Roesli
oSiti Nurbaya
oLa Hami
oAnak dan Kemenakan
•Nur Sutan Iskandar
oApa Dayaku Karena Aku Seorang Perempuan
oHulubalang Raja (1961)
oKarena Mentua (1978)
oKatak Hendak Menjadi Lembu (1935)
•Abdul Muis
oPertemuan Djodoh (1964)
oSalah Asuhan
oSurapati (1950)
•Tulis Sutan Sati
oSengsara Membawa Nikmat (1928)
oTak Disangka
oTak Membalas Guna
oMemutuskan Pertalian (1978)
•Aman Datuk Madjoindo
oMenebus Dosa (1964)
oSi Tjebol Rindoekan Boelan (1934)
oSampaikan Salamku Kepadanya
•Suman Hs.
oKasih Ta' Terlarai (1961)
oMentjari Pentjuri Anak Perawan (1957)
oPertjobaan Setia (1940)
•Adinegoro
oDarah Muda
oAsmara Jaya
Sutan Takdir Alisjahbana
oTak Putus Dirundung Malang
oDian jang Tak Kundjung Padam (1948)
oAnak Perawan Di Sarang Penjamun (1963)
•Hamka
oDi Bawah Lindungan Ka'bah (1938)
oTenggelamnya Kapal van der Wijck (1957)
oTuan Direktur (1950)
oDidalam Lembah Kehidoepan (1940)
•Anak Agung Pandji Tisna
oNi Rawit Ceti Penjual Orang (1975)
oSukreni Gadis Bali (1965)
oI Swasta Setahun di Bedahulu (1966)
•Said Daeng Muntu
oPembalasan
oKarena Kerendahan Boedi (1941)
•Marius Ramis Dayoh
oPahlawan Minahasa (1957)
oPutra Budiman: Tjeritera Minahasa (1951)
Nur Sutan Iskandar dapat disebut sebagai Raja Pengarang Balai Pustaka oleh sebab banyaknya karya tulisnya pada
masa tersebut.
4. Pujangga Baru
Pujangga Baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan
oleh Balai Pustaka terhadap karya tulis sastrawan pada masa tersebut,
terutama terhadap karya sastra yang menyangkut rasa nasionalisme dan
kesadaran kebangsaan. Sastra Pujangga Baru adalah sastra intelektual,
nasionalistik dan elitis menjadi "bapak" sastra modern Indonesia. Pada
masa itu, terbit pula majalah "Poedjangga Baroe" yang dipimpin oleh
Sutan Takdir Alisjahbana, Amir Hamzah dan Armijn Pane. Karya sastra di
Indonesia setelah zaman Balai Pustaka (tahun 1930 - 1942), dipelopori
oleh Sutan Takdir Alisyahbana dkk. Masa ini ada dua kelompok sastrawan
Pujangga baru yaitu 1. Kelompok "Seni untuk Seni" yang dimotori oleh
Sanusi Pane dan Tengku Amir Hamzah dan; 2. Kelompok "Seni untuk
Pembangunan Masyarakat" yang dimotori oleh Sutan Takdir Alisjahbana,
Armijn Pane dan Rustam Effendi.
Penulis dan karya sastra Pujangga Baru
•Sutan Takdir Alisjahbana
oLayar Terkembang (1948)
oTebaran Mega (1963)
•Armijn Pane
oBelenggu (1954)
oJiwa Berjiwa
oGamelan Djiwa - kumpulan sajak (1960)
oDjinak-djinak Merpati - sandiwara (1950)
oKisah Antara Manusia - kumpulan cerpen (1953)
•Tengku Amir Hamzah
oNyanyi Sunyi (1954)
oBuah Rindu (1950)
oSetanggi Timur (1939)
•Sanusi Pane
oPancaran Cinta (1926)
oPuspa Mega (1971)
oMadah Kelana (1931/1978)
oSandhyakala ning Majapahit (1971)
oKertadjaja (1971)
•Muhammad Yamin
oIndonesia, Toempah Darahkoe! (1928)
oKalau Dewi Tara Sudah Berkata
oKen Arok dan Ken Dedes (1951)
oTanah Air
•Roestam Effendi
oBebasari: toneel dalam 3 pertundjukan (1953)
oPertjikan Permenungan (1953)
•Selasih
oKalau Ta' Oentoeng (1933)
oPengaruh Keadaan (1957)
•J.E.Tatengkeng
oRindoe Dendam (1934)
5. Angkatan '45
Pengalaman hidup dan gejolak sosial-politik-budaya telah mewarnai karya
sastrawan Angkatan '45. Karya sastra. Angkatan ini lebih realistik
dibanding karya Angkatan Pujangga baru yang romantik - idealistik.
Penulis dan karya sastra Angkatan '45
•Chairil Anwar
oKerikil Tadjam (1949)
oDeru Tjampur Debu (1949)
•Asrul Sani, Rivai Apin Chairil Anwar
oTiga Menguak Takdir (1950)
•Idrus
oDari Ave Maria ke Djalan Lain ke Roma (1948)
oAki (1949)
oPerempuan dan Kebangsaan
•Pramoedya Ananta Toer
oBukan Pasar Malam (1951)
oDitepi Kali Bekasi (1951)
oGadis Pantai
oKeluarga Gerilja (1951)
oMereka jang Dilumpuhkan (1951)
oPerburuan (1950)
oTjerita dari Blora (1963)
•Mochtar Lubis
oTidak Ada Esok (1982)
oDjalan Tak Ada Udjung (1958)
oSi Djamal (1964)
•Achdiat K. Mihardja
oAtheis - 1958
•Trisno Sumardjo
oKatahati dan Perbuatan (1952)
oTerjemahan karya W. Shakespeare: Hamlet, Impian di tengah Musim, Macbeth, Raja Lear, Romeo dan Julia, Saudagar
Venezia, dll.
•M.Balfas
oLingkaran-lingkaran Retak, kumpulan cerpen (1978)
•Utuy Tatang Sontani
oSuling (1948)
oTambera (1952)
oAwal dan Mira - drama satu babak (1962)
6. Angkatan 50-an
Angkatan 50-an ditandai dengan terbitnya majalah sastra Kisah asuhan
H.B. Jassin. Ciri angkatan ini adalah karya sastra yang didominasi
dengan cerita pendek dan kumpulan puisi. Majalah tersebut bertahan
sampai tahun 1956 dan diteruskan dengan majalah sastra lainnya, Sastra.
Pada angkatan ini muncul gerakan komunis dikalangan sastrawan, yang
bergabung dalam Lembaga Kebudajaan Rakjat (Lekra) yang berkonsep sastra
realisme-sosialis. Timbullah perpecahan dan polemik yang berkepanjangan
diantara kalangan sastrawan di Indonesia pada awal tahun 1960;
menyebabkan mandegnya perkembangan sastra karena masuk kedalam politik
praktis dan berakhir pada tahun 1965 dengan pecahnya G30S di Indonesia.
Penulis dan karya sastra Angkatan 50-60-an
Nh. Dini (Nurhayati Dini) adalah sastrawan wanita Indonesia lain yang
menonjol pada akhir dekade 80-an dengan. Beberapa karyanya antara lain:
Pada Sebuah Kapal, Namaku Hiroko, La Barka, Pertemuan Dua Hati, dan Hati
Yang Damai. Salah satu ciri khas yang menonjol pada novel-novel yang
ditulisnya adalah kuatnya pengaruh dari budaya barat, di mana tokoh
utama biasanya mempunyai konflik dengan pemikiran timur.
•Ajip Rosidi
oCari Muatan
oDitengah Keluarga (1956)
oPertemuan Kembali (1960
oSebuah Rumah Buat Hari Tua
oTahun-tahun Kematian (1955)
•Ali Akbar Navis
oBianglala: kumpulan tjerita pendek (1963)
oHudjan Panas (1963)
oRobohnja Surau Kami: 8 tjerita pendek pilihan (1950)
•Bokor Hutasuhut
oDatang Malam (1963)
•Enday Rasidin
oSurat Cinta
•Nh. Dini
oDua Dunia (1950)
oHati jang Damai (1960)
•Nugroho Notosusanto
oHujan Kepagian (1958)
oRasa Sajang (1961)
oTiga Kota (1959)
•Ramadhan K.H
oApi dan Si Rangka
oPriangan si Djelita (1956)
•Sitor Situmorang
oDalam Sadjak (1950)
oDjalan Mutiara: kumpulan tiga sandiwara (1954)
oPertempuran dan Saldju di Paris (1956)
oSurat Kertas Hidjau: kumpulan sadjak (1953)
oWadjah Tak Bernama: kumpulan sadjak (1955)
•Subagio Sastrowardojo
oSimphoni (1957)
•Titis Basino
oPelabuhan Hati (1978)
oDia, Hotel, Surat Keputusan (cerpen) (1963)
oLesbian (1976)
oBukan Rumahku (1976)
oPelabuhan Hati (1978)
oDi Bumi Aku Bersua di Langit Aku Bertemu (1983)
oTrilogi: Dari Lembah Ke Coolibah (1997); Welas Asih Merengkuh Tajali (1997); Menyucikan Perselingkuhan (1998)
oAku Supiah Istri Wardian (1998)
oTersenyumpun Tidak Untukku Lagi (1998)
oTerjalnya Gunung Batu (1998)
oAku Kendalikan Air, Api, Angin, dan Tanah (1998)
oRumah Kaki Seribu (1998)
oTangan-Tangan Kehidupan (1999)
oBila Binatang Buas Pindah Habitat (1999)
oMawar Hitam Milik Laras (1999)
•Toto Sudarto Bachtiar
oSuara : kumpulan sadjak 1950-1955 (1962)
oEtsa, sadjak-sadjak (1958)
•Trisnojuwono
oAngin Laut (1958)
oDimedan Perang (1962)
oLaki-laki dan Mesiu (1951)
•W.S. Rendra
oBalada Orangļ½² Tertjinta (1957)
oEmpat Kumpulan Sajak (1961)
oIa Sudah Bertualang dan tjerita-tjerita pendek lainnja (1963)
•dan banyak lagi karya sastra lainnya
7. Angkatan 66-70-an
Angkatan ini ditandai dengan terbitnya majalah sastra Horison. Semangat
avant-garde sangat menonjol pada angkatan ini. Banyak karya sastra pada
angkatan ini yang sangat beragam dalam aliran sastra, munculnya karya
sastra beraliran surrealistik, arus kesadaran, arketip, absurd, dll pada
masa angkatan ini di Indonesia. Penerbit Pustaka Jaya sangat banyak
membantu dalam menerbitkan karya karya sastra pada masa angkatan ini.
Sastrawan pada akhir angkatan yang lalu termasuk juga dalam kelompok ini
seperti Motinggo Busye, Purnawan Tjondronegoro, Djamil Suherman, Bur
Rasuanto, Goenawan Mohamad, Sapardi Djoko Damono dan Satyagraha Hoerip
Soeprobo dan termasuk paus sastra Indonesia, H.B. Jassin.
Seorang sastrawan pada angkatan 50-60-an yang mendapat tempat pada
angkatan ini adalah Iwan Simatupang. Pada masanya, karya sastranya
berupa novel, cerpen dan drama kurang mendapat perhatian bahkan sering
menimbulkan kesalah-pahaman; ia lahir mendahului jamannya. Beberapa
satrawan pada angkatan ini antara lain: Umar Kayam, Ikranegara, Leon
Agusta, Arifin C. Noer, Akhudiat, Darmanto Jatman, Arief Budiman,
Goenawan Mohamad, Budi Darma, Hamsad Rangkuti, Putu Wijaya, Wisran Hadi,
Wing Kardjo, Taufik Ismail dan banyak lagi yang lainnya.
Karya Sastra Angkatan '66
•Sutardji Calzoum Bachri
oO
oAmuk
oKapak
•Abdul Hadi WM
oLaut Belum Pasang – (kumpulan puisi)
oMeditasi – (kumpulan puisi)
oPotret Panjang Seorang Pengunjung Pantai Sanur – (kumpulan puisi)
oTergantung Pada Angin – (kumpulan puisi)
oAnak Laut Anak Angin – (kumpulan puisi)
•Sapardi Djoko Damono
oDukamu Abadi – (kumpulan puisi)
oMata Pisau dan Akuarium – (kumpulan puisi)
oPerahu Kertas – (kumpulan puisi)
oSihir Hujan – (kumpulan puisi)
oHujan Bulan Juni – (kumpulan puisi)
oArloji – (kumpulan puisi)
oAyat-ayat Api – (kumpulan puisi)
•Goenawan Mohamad
oInterlude
oParikesit
OPotret Seorang Penyair Muda Sebagai Si Malin Kundang – (kumpulan esai)
oAsmaradana
oMisalkan Kita di Sarajevo
•Umar Kayam
oSeribu Kunang-kunang di Manhattan
oSri Sumarah dan Bawuk – (kumpulan cerita pendek)
oLebaran di Karet, di Karet - (kumpulan cerita pendek)
oPada Suatu Saat di Bandar Sangging -
oKelir Tanpa Batas
oPara Priyayi
oJalan Menikung
•Danarto
oGodlob
oAdam Makrifat
oBerhala
•Putu Wijaya
oTelegram
oStasiun
oPabrik
oGres – Putu Wijaya
oBom
oAduh – (drama)
oEdan – (drama)
oDag Dig Dug – (drama)
•Iwan Simatupang
oZiarah
oKering
oMerahnya Merah
oKoong
oRT Nol / RW Nol – (drama)
oTegak Lurus Dengan Langit
•Arifin C. Noer
oTengul – (drama)
oSumur Tanpa Dasar – (drama)
oKapai Kapai – (drama)
•Djamil Suherman
oSarip Tambak-Oso
oUmi Kulsum – (kumpulan cerita pendek)
oPerjaLanan ke Akhirat
oSakerah
dan masih banyak lagi yang lainnya.
8. Dasawarsa 80-an
Karya sastra di Indonesia pada kurun waktu setelah tahun 1980, ditandai
dengan banyaknya roman percintaan, dengan sastrawan wanita yang menonjol
pada masa tersebut yaitu Marga T. Majalah Horison tidak ada lagi, karya
sastra Indonesia pada masa angkatan ini tersebar luas diberbagai
majalah dan penerbitan umum. Beberapa sastrawan yang dapat mewakili
Angkatan dekade 80-an ini antara lain adalah: Remy Sylado, Yudistira
Ardinugraha, Noorca Mahendra, Seno Gumira Ajidarma, Kurniawan Junaidi.
Karya Sastra Angkatan Dasawarsa 80-an
Antara lain adalah:
•Badai Pasti Berlalu - Cintaku di Kampus Biru - Sajak Sikat Gigi - Arjuna Mencari Cinta - Manusia Kamar – Karmila
Mira W dan Marga T adalah dua sastrawan wanita Indonesia yang menonjol
dengan fiksi romantis yang menjadi ciri-ciri novel mereka. Pada umumnya,
tokoh utama dalam novel mereka adalah wanita. Bertolak belakang dengan
novel-novel Balai Pustaka yang masih dipengaruhi oleh sastra Eropa abad
19 dimana tokoh utama selalu dimatikan untuk menonjolkan rasa romantisme
dan idealisme, karya-karya pada era 80-an biasanya selalu mengalahkan
peran antagonisnya. Namun yang tak boleh dilupakan, pada era 80-an ini
juga tumbuh sastra yang beraliran pop (tetapi tetap sah disebut sastra,
jika sastra dianggap sebagai salah satu alat komunikasi), yaitu lahirnya
sejumlah novel populer yang dipelopori oleh Hilman dengan Serial
Lupus-nya. Justru dari kemasan yang ngepop inilah diyakini tumbuh
generasi gemar baca yang kemudian tertarik membaca karya-karya yang
lebih "berat". Budaya barat dan konflik-konfliknya sebagai tema utama
cerita terus mempengaruhi sastra Indonesia sampai tahun 2000.
9. Sastrawan Angkatan Reformasi
Seiring terjadinya pergeseran kekuasaan politik dari tangan Soeharto ke
BJ Habibie lalu KH Abdurahman Wahid (Gus Dur) dan Megawati Sukarnoputri,
muncul wacana tentang Sastrawan Angkatan Reformasi. Munculnya angkatan
ini ditandai dengan maraknya karya-karya sastra, puisi, cerpen, maupun
novel, yang bertema sosial-politik, khususnya seputar Reformasi. Di
rubrik sastra Harian Republika, misalnya, selama berbulan-bulan dibuka
rubrik sajak-sajak peduli bangsa atau sajak-sajak reformasi. Berbagai
pentas pembacaan sajak dan penerbitan buku antologi puisi juga
didominasi sajak-sajak bertema sosial-politik.
Sastrawan Angkatan Reformasi merefleksikan keadaan sosial dan politik
yang terjadi pada akhir tahun 1990-an, seiring dengan jatuhnya Orde
Baru. Proses reformasi politik yang dimulai pada tahun 1998 banyak
melatar belakangi kelahiran karya-karya sastra -- puisi, cerpen, dan
novel -- pada saat itu. Bahkan, penyair-penyair yang semula jauh dari
tema-tema sosial politik, seperti Sutardji Calzoum Bachri, Ahmadun Yosi
Herfanda dan Acep Zamzam Noer, juga ikut meramaikan suasana dengan
sajak-sajak sosial-politik mereka.
10. Sastrawan Angkatan 2000-an
Setelah wacana tentang lahirnya Sastrawan Angkatan Reformasi muncul,
namun tidak berhasil dikukuhkan karena tidak memiliki 'juru bicara',
Korrie Layun Rampan pada tahun 2002 melempar wacana tentang lahirnya
Sastrawan Angkatan 2000. Sebuah buku tebal tentang Angkatan 2000 yang
disusunnya diterbitkan oleh Gramedia, Jakarta, tahun 2002.
Seratus lebih penyair, cerpenis, novelis, eseis, dan kritikus sastra
dimasukkan Korrie ke dalam Angkatan 2000, termasuk mereka yang sudah
mulai menulis sejak 1980-an, seperti Afrizal Malna, Ahmadun Yosi
Herfanda dan Seno Gumira Ajidarma, serta yang muncul pada akhir 1990-an,
seperti Ayu Utami, dan Dorothea Rosa Herliany.
•Abidah el Khalieqy
•Afrizal Malna
•Ahmad Nurullah
•Ahmad Syubanuddin Alwy
•Ahmadun Yosi Herfanda adalah salah seorang penyair yang dimasukkan oleh
Korrie Layun Rampan ke dalam Angkatan 2000, tapi ia sebenarnya telah
banyak menulis sajak sejak awal 1980-an.
•Ayu Utami dengan karyanya Saman, sebuah fragmen dari cerita Laila Tak
Mampir di New York. Karya ini menandai awal bangkitnya kembali sastra
Indonesia setelah hampir 20 tahun. Gaya penulisan Ayu Utami yang
terbuka, bahkan vulgar, itulah yang membuatnya menonjol dari
pengarang-pengarang yang lain. Novel lain yang ditulisnya adalah Larung,
lanjutan dari cerita Saman.
•Dorothea Rosa Herliany
•Seno Gumira Ajidarma
11. Cybersastra
Era internet memasuki komunitas sastra di Indonesia. Banyak karya sastra
Indonesia yang tidak dipublikasi berupa buku namun termaktub di dunia
maya (internet)baik yang dikelola resmi oleh pemerintah, organisasi
non-profit maupun situs pribadi. Ada beberapa situs Sastra Indonesia di
dunia maya
31. KALIMAT EFEKTIF
Syarat-syarat kalimat efektif :
1. Secara tepat mewakili gagasan pembicara atau penulisnya.
2. Menimbulkan gagasan yang sama tepatnya antara pikiran pendengar atau
pembaca seperti yang dipikirkanoleh pembicara atau penulisnya.
Ciri-ciri kalimat efektif :
Kesatuan gagasan
Kalimat efektif harus menunjukkan suatu kesatuan gagasasan atau satu ide
pokok dimana suobjek, predikat dan unsur lainnya saling mendukung dan
membentuk kesatuan tunggal.
Contoh :
Keputusan itu merupakan kebijaksanaan yang membantu keselamatan umum.
Kesejajaran
Kesejajaran yang dimaksud adalah penggunaan bentuk kata atau frase
imbuhan yang memiliki kesamaan, baik dalam fungsi maupun bentuknya. Jadi
jika bagian kalimat itu menggunakan kata kerja berimbuhan di-, maka
bagian kalimat lainnya juga harus menggunakan imbuhan di- pula.
Contoh :
Anak itu ditlng pak Adi dan dipapahnya ke pinggir jalan.
Kehematan
Kalimat efektif tidak bleh menggunakan kata-kata yang tidak perlu.
Setiap kata haruslah memiliki fungsi yang jelas.
Penggunaan kata-kata yang berlebihan justru akan memperlemah dan mengaburkan maksud dari kalimat itu.
Contoh :
Bunga-bunga mawar, anyelir dan melati sangat disukainya.
Pemakaian kata bunga-bunga dalam kalimat di atas tidak perlu karena kata mawar,
anyelir, dan melati terkandung makna bunga.
A. Penekanan
Bagian kalimat yang dipentingkan perlu ditnklkan dari unsur-unsur yang
lain. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk memberikan penekanan
adalah sebagai berikut :
1. Mengubah psisi dalam kalimat yaitu dengan cara meletakkan bagian penting di depan kalimat.
Contoh : Harapan kami adalah agar masalah ini dapat dibicarakan lebih lanjut.
2. Menggunakan partikel, penekanan bagian kalimat misalnya dengan penggunaan partikel lah, pun dan kah.
Contoh : Kami pun turut berbahagia melihat prestasimu.
3. Menggunakan repetisi, yaitu dengan mengulang-uang kata yang dianggap penting.
Contoh : Dalam membina hubungan antara suami dan istri, antara guru
dan murid, antara orang tua dan anak, antara pemerintah dan rakyat,
diperlukan adanya kmunikasi dan sikap saling memahami antara satu dan
lainnya.
4. Menggunakan pertentangan yaitu menggunakan kata yang bertentangan
atau berlawanan maksudnya dalam kegiatan yang ingin ditegaskan pada
kalimat.
Contoh : Anak itu tidak malas, tetapi rajin.
B. Kelogisan
Kalimat efektif harus mudah dipahami.
Unsur-unsur dalam sebuah kalimat harus memiliki hubungan yang logis atau dapat diterimaoleh akal sehat.
Contoh :
Waktu dan tempat saya perlisakan.
Kalimat ini tidak logis karena waktu dan tempat adalah benda mati yang tidak dapat
dipersilakan Kalimat tersebut seharusnya “Kepada bapak penceramah, saya
persilakan untuk naik ke podium ”
http://bahasaindosugik.blogspot.com/2010/10/materi-bahasa-indonesia-kelas-xii-smama.html
Subscribe to:
Posts (Atom)